Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Kehangatan dalam Semangkok Bakso Malang

13 November 2022   17:03 Diperbarui: 13 November 2022   17:32 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakso Malang, sumber gambar: Merdeka.com

Hujan baru saja reda. Akhir-akhir ini tiap sore hujan rajin menyapa kota Malang dengan disertai petir yang sesekali menyambar.

Tanpa menunggu lama saya segera menuju parkiran untuk mengambil helm. Ya sebuah pesan sudah masuk whatsapp saya, dari Naknang ( pinjam istilah Mbak Yuliyanti).
"Sudah di depan sekolah, Buk, " kata pesan itu.

"Monggo Pak, wangsul rumiyin nggih.., " pamit saya pada Pak Satpam. Beberapa anak masih latihan ekskul paduan suara di kelas yang saya lewati.

"Monggo Bu.., " jawab Pak Satpam ramah.

Sepeda yang kami naiki langsung menerobos lalu lintas kota Malang yang lumayan ramai. Tentu saja, pukul empat adalah jam pulang sekolah dan pulang kantor. Apalagi tadi banyak yang tertahan pulang karena hujan.

" Mampir Gangsar? " tanya saya. Naknang mengangguk. "Asiik.. Lama tidak ke sana, " jawabnya senang.

Gangsar adalah nama warung bakso langganan kami. Tempatnya tidak begitu luas, tapi nyaman, dan yang paling penting tidak jauh dari rumah pun yang jual juga ramah.

Mbakso adalah acara yang sering saya lakukan dengan anak-anak di akhir pekan. Sejak mereka SD akhir pekan sering kami isi dengan jalan ke perpustakaan umum, pulangnya mampir warung bakso.

Kenapa bakso? Aih, di Malang kuliner ini ada di mana-mana. Siang hari selepas Dhuhur biasanya gerobak bakso mulai menjajakan dagangannya. 

Ada macam macam merek atau nama armadanya. Bakso Rahayu, Sugeng, Sahabat, Al Amin, Hepi Pol , Bakso Gunung dan banyak lagi.

Semua dengan kekhasannya sendiri-sendiri. Harganya sangat bersahabat, rasanya juga enak

Paling senang jika kompor yang digunakan penjual bakso adalah anglo dan menggunakan arang. Baunya sedap sekali.

Penjual bakso, sumber gambar : Cendana News
Penjual bakso, sumber gambar : Cendana News
Sepeda motor kami masuk parkiran Bakso Gangsar. Setelah mengunci, kami masuk warung dan tiba-tiba hujan kembali turun dengan derasnya.

Tepak wes.., mudah mudahan selesai makan , hujan reda lagi, pikir saya.

"Monggo, " kata Mas penjual ramah. Di warung tersebut kami selalu mengambil mangkok dan mengisi sendiri apa yang mau dimakan. Begitu juga mengambil kuah, brambang daun maupun brambang goreng sendiri.

"Wes, ambil sendiri, " kata saya pada Nak nang. Saya sendiri mengisi mangkok dengan dua bakso, tahu, siomay dan mie.

Tanpa disuruh dua kali Naknang mengisi mangkoknya. Satu bakso besar, dua bakso kecil, siomay, tahu, goreng panjang dan goreng bundar. Belum diberi kuah mangkok sepertinya tampak penuh.

Bakso halus terbuat dari daging yang digiling halus lalu diberi bumbu bawang, merica, garam, penyedap dan sedikit tepung lalu dicetak bulat bulat dan direbus.
Sedangkan bakso kasar, sama dengan bakso halus hanya saja kualitas dagingnya agak beda.

Jika bakso halus dagingnya tanpa lemak, bakso kasar ada sedikit lemak, dan kadang ada tulangnya yang lunak sehingga teksturnya agak kasar. Rasanya? Hmm, maknyus pokoknya, Apalagi dicocol dengan saos tomat atau sambal.

Siomay juga tak kalah lezat. Hidangan dari adonan ayam, sedikit udang, brambang, bawang, merica garam dan penyedap yang dibungkus dengan kulit pangsit lalu dikukus ini menyimpan pesona tersendiri.

Goreng bunder terbuat dari siomay yang digoreng. Sedangkan goreng panjang, isi adonannya mirip siomay hanya ditambahi usus. Cara membungkusnya juga memanjang sehingga kami namakan goreng panjang.

Saya tersenyum melihat isi mangkok Naknang. Penuh, seperti gunung Semeru.
"Luwe ya Le? "
Naknang melihat mangkoknya sambil tertawa
"Iya Buk, niki luwe pol..., " katanya.

Sumber gambar: detikFood-Detik.com
Sumber gambar: detikFood-Detik.com
Bakso langganan kami memang istimewa. Kuahnya bening, namun gurihnya kaldu dengan paduan bumbu bawang , brambang dan merica terasa begitu khas. Apalagi ditambah dengan hadirnya saus tomat, sambal dan kecap.

Rasa gurih, manis, pedas dan sedap benar-benar membuat bakso menjadi hidangan yang begitu menggod, apalagi di hujan hujan begini.

Naknang menyendok saos tomat dan sambal lalu dimasukkan dalam mangkoknya.
"Le, ojo pedhes pedhes, " kata saya demi melihat ia mengambil dua sendok sambal langsung dimasukkan ke mangkok, lalu ditambah sedikit kecap.

Duh, padahal saya sambal satu sendok saja sudah terasa panas di mulut, "
"Mboten kok, " katanya sambil terus mengaduk isi mangkoknya.

"Ibuk mau tambah brambang daun? " tanya Naknang. Ia hafal betul saya suka bakso dengan banyak brambang daun. Sampai suatu saat teman saya sambil bergurau mengatakan mangkok saya mirip penghijauan.
"Cukup,  Le, " tolak saya. Sebenarnya mau juga. Tapi sungkan sama Masnya.

"Tahu tidak, apa beda bakso Malang dengan bakso yang lain? " tanya saya pada Naknang.
Sejenak ia menghentikan suapannya.
"Lebih enak? " katanya kemudian.
" He.. He, itu karena kamu orang Malang.., makanya merasa bakso Malang paling enak.., " jawab saya.
"Eh, teman saya kuliah dari kota lain juga bilang kalau bakso Malang paling enak? "jawab Nak Nang lagi.
"Maksud ibuk kekhasannya apa? "
"Apa ya? " tanya Naknang sambil terus makan.

Bakso Malang, sumber gambar: Merdeka.com
Bakso Malang, sumber gambar: Merdeka.com
"Variannya banyak Le.., kita punya banyak isi bakso. Ada tahu, mie, siomay, goreng panjang, goreng bunder, pentol halus, juga pentol kasar.., seperti isi mangkokmu itu.., " gurau saya.

Kali ini Naknang tertawa."Waduh, ibuk nyindir ini? "
"Nggak, dari dulu makanmu memang banyak kok," kata saya lagi.

Naknang kembali tertawa, dan... ups.., dia mengambil lagi dua siomay dan satu bakso kasar.

"Bakso Malang selalu paling enak.., karena  makannya sama Ibuk ..," kata Naknang serius.

"Iya, kalau sama Ibuk 'kan Ibuk yang bayar?" timpal saya. Kami tertawa bersama.

Ya, bakso selalu menyimpan kehangatan. Tidak hanya nyaman di perut tapi juga hangat di hati.

Dengan mbakso diskusi berbagai masalah kami bisa berjalan dalam suasana yang begitu gayeng, santai dan menyenangkan.

Salam Kuliner...:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun