Itu dulu, zaman di mana sekolah dimulai pukul 06.30 dan pulang pukul 12.00. Saat itu waktu luang terasa demikian banyak, gangguan bermain gadget juga tidak ada sehingga seberapapun PR tidak ada masalah bagi kami.Â
Bagaimana dengan sekarang? Sekarang waktu bersekolah siswa demikian panjang. Mulai pukul 07.00 sampai pukul 14.30. Belum lagi kegiatan ekstra yang kadang memaksa siswa pulang hingga pukul 16.00.
Akibatnya sesampai di rumah siswa akan merasa lelah hingga waktu belajar ataupun berinteraksi dengan orang tua tidak begitu banyak.
Alhasil pemberian PR yang terlalu banyak justru menjadi beban bagi siswa dan akhirnya tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Misal akhirnya PR dikerjakan oleh orang lain, atau asal-asalan saja.Â
Berdasarkan hal tersebut dalam pembelajaran, saya lebih sering tidak memberikan PR, namun bukan berarti tidak pernah memberikan PR. Dalam kondisi khusus PR tetap saya berikan, dan kondisi khusus itu adalah:
1. Karena tugas yang belum selesai.
Dalam pembelajaran matematika, saya selalu menyiapkan soal-soal dalam tiga kategori untuk dikerjakan secara berkelompok. Soal dalam kategori mudah, sedang dan sulit biasanya saya siapkan dalam bentuk kartu atau ditulis di papan tulis.
Tiap kelompok harus mengerjakan soal mudah dulu. Jika semua anggota kelompok mendapat nilai minimal 80, mereka boleh pindah ke soal sedang.Â
Demikian juga jika di soal sedang tiap anggota kelompok bisa mendapat nilai minimal 80 mereka bisa pindah ke soal sulit.
Bagaimana jika nilainya masih di bawah 80? Pada kelompok tersebut akan diberikan penjelasan ulang ataupun penguatan sehingga mereka bisa lebih paham tentang materi yang dipelajari.
Di akhir pembelajaran selalu saya umumkan banyak nilai (bukan besar nilai) yang diperoleh tiap kelompok. Contoh kelompok satu mendapat dua nilai, kelompok dua tiga nilai dan seterusnya.