kereta sambil melihat lalu lalangnya manusia. Semua sibuk. Ada yang datang, ada yang siap berangkat.Â
Kami duduk di depan stasiunAda yang berwajah sedih karena akan melepas kepergian seseorang, atau bahkan dirinya sendiri yang akan pergi. Ada pula yang wajahnya tampak berseri karena telah kembali dari perjalanan jauh dan kini saatnya untuk kembali melepas rindu dengan orang-orang tercinta.
"Tiket tidak lupa? " tanya saya. Yang ditanya sejenak meraba saku jaketnya.
"Sampun, "
"KTP? "
Yang ditanya tersenyum.
"Sampun, Buk, "
Ya, tiket dan KTP selalu saya ingatkan ketika anak-anak akan naik kereta api karena di dalam kereta selalu ada pemeriksaan.
"Jaga kesehatan ya Le.., jangan lupa makan, sering wa Ibuk ya.. "
"Tidurnya jangan malam-malam.., " tambah saya lagi.
Anak saya tersenyum sambil mengangguk.
"Ibuk selalu menganggap aku masih kecil, " mungkin seperti itu yang ada dalam benaknya.
Dan beberapa menit kemudian lagu kedatangan kereta api terdengar. Melodinya begitu khas.
Kami segera berdiri. Sekali lagi kami berpelukan dan anak saya pun masuk ke dalam. Saling melambaikan tangan, tersenyum, memberi semangat, meski begitu badan saya balikkan selalu mata saya sedikit basah.Â
Ya, kereta api Malabar  akan membawa anak saya berangkat ke Bandung.
Kereta api selalu menyimpan banyak cerita.Di masa kecil naik kereta api adalah sesuatu yang sangat istimewa bagi keluarga saya.Â
Saya ingat ibuk selalu berjanji pada kami anak anaknya. "Nanti kalau Rioyo (lebaran) naik sepur ke Surabaya, kita ke kebun binatang., "
Aha, sebuah janji yang manis dan selalu kami nanti.
Suatu saat hal tersebut terlaksana. Kereta api saat itu jauh berbeda dengan sekarang. Yang saya ingat penumpangnya berjubel, ada beberapa yang berdiri dan penjual bebas keluar masuk. Yang dijual bermacam-macam mulai dari kacang, permen, kue-kue kecil, rokok bahkan obat anti mabuk.
Suasana begitu ramai, ditambah suara anak-anak kecil yang menangis karena kegerahan. Pengalaman pertama naik kereta api kurang menyenangkan bagi kami. Saya dan ibuk mabuk. Mungkin karena padatnya manusia dalam kereta api.
Sesudah itu naik kereta api tak pernah lagi kami agendakan. Takut mabuk, itu alasannya.
Namun siapa sangka, lama tidak berkereta api, tiba-tiba setelah anak saya besar- besar kami harus berakrab-akrab dengan alat transportasi ini.
Ketika anak saya harus kuliah di Jogja, saat pertama berangkat ke sana kami naik travel. Pertimbangannya kami langsung berhenti di alamat yang dituju, tidak perlu oper kendaraan lain.
Namun ternyata dalam perjalanan naik travel kami mendapat antrean terakhir, jadi diantar ke tujuan setelah semua penumpang habis. Akhirnya kami sampai Jogja dari Malang dalam waktu 10 jam. Wih, lama nian.
Akhirnya di perjalanan berikutnya anak saya jadi pelanggan kereta api. Supaya sampainya lebih pasti, katanya. Tiap libur semester ia pulang, dan setelah di Malang barang tiga minggu ia balik lagi ke Jogja.
Dua tahun berikutnya ketika adiknya juga kuliah di kuar kota, kami semakin setia dengan kereta api. Dalam satu kali libur semester saya dua kali mengantar ke stasiun. Satu berangkat ke Jogja, satunya berangkat ke Bandung.Â
Biasanya yang ke Bandung berangkat lebih dahulu karena kuliahnya selalu satu atau dua minggu lebih dulu.
Menurut pengalaman saya, kereta api sekarang jauh lebih bagus daripada dulu di masa saya masih kecil.
Sekarang tempat duduk kereta api bersih dan nyaman, toiletnya juga memadai, pun juga makanan atau minuman yang ditawarkan pada penumpang di jam-jam tertentu juga lumayan enak
Oh ya, favorit saya tiap melakukan perjalanan jauh dengan kereta adalah pesan teh panas, lalu menikmatinya sambil melihat pemandangan yang indah dari jendela. Asyik sekali rasanya.
Ada dua pengalaman menarik saat saya naik kereta api.
1. Kereta api menyediakan harga yang murah untuk rute-rute tertentu. Asal kita jeli mencarinya ada harga murah yang bisa kita dapatkan.
Contohnya, tiket Malang-Bandung biasanya sekitar Rp300.000,00 jika naik Malabar. Ini bisa lebih dihemat jika kita naik kereta api dulu dari Malang-Blitar dengan harga tiket Rp11.000,00, baru dilanjutkan dengan naik kereta Kahuripan dari Blitar ke Bandung dengan harga tiket Rp84.000,00. Total habisnya Rp95.000,00.
Demikian juga Malang -Jogja yang biasanya Rp175.000,00, bisa dihemat dengan berangkat dari Blitar dengan cara yang sama. Bedanya jika dari Malang langsung Jogja kita berhenti di stasiun Tugu, jika Blitar-Jogja berhenti di Lempuyangan.
Trik penghematan ini sering saya lakukan karena perjalanan naik kereta selalu dilakukan anak-anak saya tiap semester dan yang naik dua orang pula... He.. He..
2. Sepanjang pengalaman saya berkereta, kereta api sangat on time. Tiap masuk stasiun saya selalu bertaruh dengan anak saya tentang ontime atau tidak, dan hasilnya ternyata kereta api selalu sampai di stasiun sesuai waktu yang dijanjikan.
Saya pernah punya pengalaman kereta api mengalami kerusakan di daerah Jawa Tengah (tapi lupa stasiun apa). Saat itu kami dalam perjalanan menuju Bandung.
Di stasiun tersebut para penumpang dipersilakan keluar, atau boleh berjalan- jalan di sekitar kereta, karena kereta api akan diperbaiki dalam waktu 30 menit. Saat itu  kami cuma mencari udara segar di sekitar kereta.
Setelah perbaikan selesai, kami segera naik dan perjalanan dilanjutkan kembali.
Perkiraan kami pastilah nanti sampai Bandung terlambat 30 menit. Tapi ternyata tidak. Kami bisa sampai pas sesuai waktu yang dijanjikan. Salut untuk KAI.
Kereta api dengan segala pernak-perniknya menyimpan begitu banyak cerita bagi saya. Gemuruh suaranya, suasana stasiunnya, lagu kedatangan dan keberangkatan kereta, selalu membuat hati  terasa hangat.
Ya, sekian tahun anak-anak saya selalu berkereta api saat harus kembali ke kota tempat mereka menimba ilmu.
Ada rasa bangga tapi juga drama saat mengantar anak berangkat ke stasiun.
Biasanya kami akan duduk dulu berlama-lama di depan stasiun, ngobrol tentang apa saja, baru berpisah saat lagu kedatangan kereta api sudah terdengar. Lagu yang menjadi penanda bahwa saya harus melepas anak saya untuk kembali berjuang meraih impiannya.
Ah, hingga kini, selalu ada sesuatu yang membuat saya melow saat mendengar lagu itu.
Edited 8:49 PM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H