Di kala istirahat, kami sesama guru matematika selalu menyempatkan diri untuk berdiskusi. Diskusi berkisar tentang pembelajaran di kelas dan segala masalah yang timbul. Tentang bagaimana mengajarkan materi yang pas, atau juga kesulitan kesulitan yang muncul di lapangan.
Dalam beberapa diskusi terakhir ini, ternyata masalah yang kami hadapi hampir sama yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam melakukan operasi hitung, akibat daring dua tahun benar-benar kami rasakan.
Indikasi dari penurunan kemampuan ini bisa dilihat dari kesulitan anak melalukan operasi hitung bahkan yang sangat sederhana.Â
Operasi kali, bagi, tambah dan kurang begitu gagap dilakukan anak-anak padahal anak anak sudah duduk di tingkat SMP.
Jangankan melakukan operasi pada bilangan pecahan, bilangan bulat masih harus ditata lagi.
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, sebelum melaksanakan pembelajaran di awal materi harus dilaksanakan tes diagnostik.Â
Tes diagnostik berfungsi untuk mengetahui gaya belajar siswa dan kesiapan siswa dalam menerima materi.
Ada beberapa hal menarik yang saya dapatkan dari pelaksanaan tes diagnostik sebelum pemberian materi bilangan bulat dan pecahan di kelas tujuh.
Ketika diminta menyelesaikan 2/5 + 1/5, masih banyak siswa yang menjawah 3/10.
Atau mengerjakan 3/8 x 1/4 dengan cara 3/8 x 1/4 = 3/8 x 2/8 = 6/64 = 3/32 pada saat siswa diminta untuk mengalikan 42,6 x 5, lama sekali jawaban baru muncul. Itupun harus ada satu orang yang melakukan perkalian bersusun di papan atas bimbingan guru.