Malang yang tak begitu ramai . Matahari bersinar hangat dan sesekali angin sejuk menerpa mengiringi perjalanan kami menuju Museum Mpu Purwa.
Siang itu sepeda motor kami menyusuri jalanan kotaSetelah agak berputar- putar sedikit dan dengan bantuan google maps akhirnya kami tiba di museum Mpu Purwa. Museum yang terletak di kompleks perumahan Griyashanta ini lokasinya memang agak 'masuk', Â tapi suasananya sangat nyaman.Â
Sebuah bangunan berbentuk joglo berdiri dengan gagahnya di depan kami. Â Di bagian kiri kanan gedung dihiasi dengan banyak topeng Malangan dan lukisan yang berjajar rapi. Â Juga terdapat pengumuman berisi larangan -larangan bagi pengunjung saat berada di museum Mpu Purwa.
Untuk masuk museum ini kita tidak dipungut biaya alias gratis. Â Di pintu masuk petugas menyapa kami dengan ramah dan kami diminta mengisi buku tamu. Â
Pengisian bisa dilakukan dengan scan barcode atau menulis di buku besar yang sudah disediakan.
Saat kami datang, pengunjung tidak begitu banyak. Â Hanya ada beberapa mahasiswa yang sibuk memotret dan membuat catatan dengan hp mereka. Â Mungkin karena jam sudah menunjukkan pukul satu lebih, Â dan di hari Sabtu museum tutup jam 15.00.
Tentang Museum Empu Purwa
Museum Mpu Purwa terletak di Jalan Soekarno-Hatta No. 210, tepatnya di komplek Perum Griyashanta, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Nama asli dari bangunan ini adalah Balai Penyelamatan Benda Purbakala "Mpu Purwa".
Museum yang diresmikan pada tahun 2018 oleh Bapak Muhadjir Effendy ini digunakan untuk menyimpan benda-benda cagar budaya yang ditemukan di berbagai wilayah di Malang Raya yang berasal dari  peninggalan  zaman Kerajaan Kanjuruhan abad VIII M, hingga masa akhir Kerajaan Majapahit abad XVI M.
Mengapa museum ini dinamakan Museum Mpu Purwa?  Pertimbangannya adalah  Mpu Purwa merupakan seorang tokoh religius dalam masyarakat Jawa Kuno. Mpu Purwa adalah seorang pendeta utama atau Sthapaka. Beliau memiliki sifat yang berbudi luhur dalam menasehati dan petuahnya yang selalu ditunggu-tunggu oleh kaum pengikutnya pada masa itu.
Mpu Purwa adalah cikal bakal dari penguasa Kerajaan Majapahit karena  karena putrinya yaitu Ken Dedes adalah wanita yang melahirkan para raja Singosari.
Berkunjung ke museum bagi sebagian orang adalah aktivitas yang membosankan. Museum identik dengan tempat untuk menyimpan barang kuno atau bersejarah yang memberikan kesan suram.
Namun kesan tersebut akan hilang begitu kita memasuki Museum Mpu Purwa.
Di bagian depan museum kedatangan kami langsung disambut dengan arca Brahma Catur Muka. Â Arca ini digambarkan dalam bentuk duduk sila tumpang (wirasana) dengan empat wajah yang menghadap ke arah empat mata angin. Â
Di bagian kiri dekat pintu masuk berjajar topeng Malangan aneka warna seolah mengucapkan selamat datang pada para pengunjung museum.
Semakin masuk ke dalam, makin  banyak benda bersejarah yang tertata rapi lengkap dengan keterangannya. Benda-benda tersebut dilindungi kaca tebal dengan keterangan di bagian luarnya.
Dinding -dinding bagian dalam museum dipenuhi keterangan dari benda-benda bersejarah yang ada di Museum Mpu Purwa.
Oh ya,  ada satu cara unik  yang dilakukan Museum Mpu Purwa dalam menyajikan foto-foto benda bersejarah dan keterangannya, yaitu dengan menggunakan kubus berwarna-warni yang bisa diputar-putar.  Â
Tiap sisi kubus berisi foto benda bersejarah dan sisi yang berdekatan berisi keterangan tentang benda-benda tersebut. Â Sebuah cara yang tidak biasa dan kiranya sangat menarik perhatian pengunjung. Â
Naik ke lantai dua suasana agak redup.  Namun penerangan lampu-lampu di dalam museum membuat suasana terasa mengasyikkan.Di ruang atas bagian kanan  terdapat diorama-diorama dalam ruangan kaca. Diorama tersebut mengisahkan tentang sejarah berdirinya kerajaan Singosari hingga keruntuhannya,  dan diakhiri dengan berdirinya kerajaan Majapahit.
Tiap diorama diberi keterangan kisah di atasnya. Â Mulai dari penculikan Kendedes oleh Tunggul Ametung, Â kemarahan Mpu Purwa pada penduduk Panawijen karena mereka tidak memberikan pertolongan pada Kendedes ketika diculik, Â berlanjut hingga usaha Ken Arok untuk merebut Kendedes dari Tunggul Ametung.
Ya, Â Kendedes adalah perempuan istimewa yang menurut ramalan ia akan menurunkan raja-raja besar di pulau Jawa. Karena itu Ken Arok berusaha keras untuk mendapatkannya.
Usaha Ken Arok dimulai dari memesan keris pada Mpu Gandring, dan karena ketidak sabarannya Ken Arok justru menggunakan keris tersebut untuk membunuh Sang Mpu. Â
Karena kutukan Mpu Gandring keris itu memakan tujuh orang korban termasuk Ken Arok sendiri.
Diorama selanjutnya berkisah tentang pertempuran di desa Ganter yang menandai runtuhnya Kediri dan berdirinya Singasari.
Singasari mencapai kejayaannya di masa pemerintahan Kertanegara. Hal ini  ditandai dengan Singasari banyak melakukan penaklukan ke kerajaan sekitarnya atau yang dikenal dengan Ekspedisi Pamalayu.Â
Namun karena banyak melakukan ekspedisi ke luar pulau, Kertanegara lengah. Â Kondisi Singasari yang banyak ditinggal oleh prajuritnya dimanfaatkan oleh Kediri untuk melakukan serangan balasan atas kekalahannya dahulu.
Dalam penyerbuan tersebut, Kertanegara gugur dan keempat puterinya dilarikan oleh Raden Wijaya ke hutan Tarik. Â Dan di sinilah awal mula berdirinya kerajaan Majapahit yang nantinya akan mencapai kejayaan di masa pemerintahan Hayam Wuruk. Â
Linimasa Kerajaan di Nusantara digambarkan secara runtut di ruang atas sebelah kiri  beserta benda-benda bersejarah lainnya. Linimasa ini berisi perkembangan kerajaan-kerajaan di Nusantara dari waktu ke waktu.
Berkunjung ke Museum Mpu Purwa mengajak kita sejenak menoleh  ke belakang mempelajari sejarah kerajaan-kerajaan  dengan sajian yang begitu menarik.
Semoga dengan wajah museum yang lebih menarik dan bersahabat, akan meningkatkan minat anak bangsa untuk mempelajari sejarah bangsanya.
Ya, jangan sekali- kali melupakan sejarah. karena melalui sejarah kita bisa belajar dari peristiwa masa lalu agar lebih bijak dalam menentukan langkah di masa depan.
Semoga bermanfaat..Salam edukasi...:)