Namun kesan tersebut akan hilang begitu kita memasuki Museum Mpu Purwa.
Di bagian depan museum kedatangan kami langsung disambut dengan arca Brahma Catur Muka. Â Arca ini digambarkan dalam bentuk duduk sila tumpang (wirasana) dengan empat wajah yang menghadap ke arah empat mata angin. Â
Di bagian kiri dekat pintu masuk berjajar topeng Malangan aneka warna seolah mengucapkan selamat datang pada para pengunjung museum.
Semakin masuk ke dalam, makin  banyak benda bersejarah yang tertata rapi lengkap dengan keterangannya. Benda-benda tersebut dilindungi kaca tebal dengan keterangan di bagian luarnya.
Dinding -dinding bagian dalam museum dipenuhi keterangan dari benda-benda bersejarah yang ada di Museum Mpu Purwa.
Oh ya,  ada satu cara unik  yang dilakukan Museum Mpu Purwa dalam menyajikan foto-foto benda bersejarah dan keterangannya, yaitu dengan menggunakan kubus berwarna-warni yang bisa diputar-putar.  Â
Tiap sisi kubus berisi foto benda bersejarah dan sisi yang berdekatan berisi keterangan tentang benda-benda tersebut. Â Sebuah cara yang tidak biasa dan kiranya sangat menarik perhatian pengunjung. Â
Naik ke lantai dua suasana agak redup.  Namun penerangan lampu-lampu di dalam museum membuat suasana terasa mengasyikkan.Di ruang atas bagian kanan  terdapat diorama-diorama dalam ruangan kaca. Diorama tersebut mengisahkan tentang sejarah berdirinya kerajaan Singosari hingga keruntuhannya,  dan diakhiri dengan berdirinya kerajaan Majapahit.
Tiap diorama diberi keterangan kisah di atasnya. Â Mulai dari penculikan Kendedes oleh Tunggul Ametung, Â kemarahan Mpu Purwa pada penduduk Panawijen karena mereka tidak memberikan pertolongan pada Kendedes ketika diculik, Â berlanjut hingga usaha Ken Arok untuk merebut Kendedes dari Tunggul Ametung.
Ya, Â Kendedes adalah perempuan istimewa yang menurut ramalan ia akan menurunkan raja-raja besar di pulau Jawa. Karena itu Ken Arok berusaha keras untuk mendapatkannya.
Usaha Ken Arok dimulai dari memesan keris pada Mpu Gandring, dan karena ketidak sabarannya Ken Arok justru menggunakan keris tersebut untuk membunuh Sang Mpu. Â