Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berkunjung ke Monumen Pahlawan TRIP, Napak Tilas Sejarah Pertempuran di Jalan Salak Kota Malang

29 Juni 2022   19:41 Diperbarui: 29 Juni 2022   23:28 1716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan di dinding area makam, dokumentasi pribadi Rio

Ketika tanggal 5 Oktober 1945, BKR berubah namanya menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat),  BKR Pelajar dirubah menjadi TKR Pelajar.Kemudian ditahun berikutnya yaitu 1946, TKR Pelajar berubah lagi menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) Pelajar, atau disingkat menjadi TRIP.

Sesudah dibentuk, TRIP  terdiri dari lima batlayon. Semuanya tergabung dalam Brigade 17 Jawa Timur.

Ketika terjadi Agresi Militer ke I,  Para prajurit TRIP diberi tugas untuk menjaga pertahanan di dalam Kota Malang.
 Mereka harus berjuang menghadapi tentara Belanda, yang bersenjata lengkap. 

Para prajurit belia ini, sempat membumi hanguskan Kota Malang, untuk menghadang laju dari pasukan lawan.

Pertempuran heroik menghadang penjajah itu terjadi pada tanggal 31 Juli 1947 di Jalan Salak, Kota Malang, dan kini menjadi Jalan Pahlawan TRIP.

Patung TRIP dilihat dari Gereja Katedral, dokumentasi pribadi Bidin
Patung TRIP dilihat dari Gereja Katedral, dokumentasi pribadi Bidin
Tidak jauh dari monumen Pahlawan TRIP terdapat Patung TRIP yang berwujud dua orang pejuang,  yang satu mengenakan celana pendek dan satu mengenakan celana panjang. Posisi patung tepat di tengah perempatan jalan.Berdiri di bawah Patung TRIP kita seolah bisa merasakan aura semangat juang para pelajar saat itu.  Meski masih begitu muda,  semangat mereka patut kita teladani bersama.

Pada suatu saat bangunan monumen dan makam ini pernah hampir hilang karena hendak digusur menjadi bangunan ruko.
Untunglah pada tahun 2008 silam Pemkot Malang, menetapkan kawasan itu sebagai kawasan cagar budaya, dan bersejarah, sehingga tidak bisa digusur lagi.

Keberadaan monumen dan patung ini bisa menjadi sarana pembelajaran bagi semua, utamanya untuk mengenang dan menghargai jasa pahlawan yang telah mengorbankan nyawa demi kemerdekaan tanah air tercinta.
Bukankah Bung Karno,  proklamator kita pernah berpesan bahwa  bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun