Seorang ibu duduk di depan saya dengan wajah yang menampakkan kekhawatiran. Di sebelahnya putrinya duduk dengan manis sambil mengangguk pada saya.Â
Tasya? Ada masalah apa dengan anak ini? Pikir saya heran.Â
Tasya adalah siswa saya yang sopan, aktif. tidak ada masalah dalam pembelajaran matematika dalam artian semua tugas-tugasnya selalu beres.Â
Setelah sedikit berbasa-basi ibu tadi mengutarakan maksud kedatangannya. Intinya, ibu Tasya mengeluhkan nilai ulangan matematika anaknya yang selalu di bawah ekspektasi. Tidak pernah mendapatkan nilai maksimal.Â
Ibu Tasya menambahkan bahwa anaknya termasuk anak yang pintar saat SD. Bahkan pernah dikirim sebagai wakil sekolah untuk mengikuti KSN mapel matematika, tapi ketika SMP nilainya jauh merosot.Â
Jika di SD nilai matematikanya mencapai 90, maka di SMP ini untuk mendapatkan 80, kadang ia harus remidi dulu.Â
Melihat hal tersebut, ibu Tasya pun mendatangkan guru les privat, sehingga selama beberapa bulan ini Tasya belajar matematika dengan pendampingan guru les.
Namun tak urung menjelang ulangan akhir tahun yang akan berlangsung dalam beberapa hari lagi, ibu Tasya kembali merasa khawatir. Jangan-jangan nilai anaknya tidak maksimal lagi.Â
Dalam pembelajaran matematika sering dijumpai anak-anak yang bermasalah seperti Tasya. Pintar, aktif dalam pembelajaran, tugas beres, tapi nilai ulangan kurang maksimal. Nilai ulangan selalu kalah dengan teman yang lain bahkan harus remidi.
Mengapa hal tersebut sampai terjadi?Â
Dari pengalaman selama melakukan pembelajaran, ternyata ada beberapa hal yang menyebabkan nilai ulangan matematika siswa yang biasanya pintar jauh dari harapan, di antaranya adalah:
1. Kurang konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran
Mengingat di kelas ada banyak anak dengan gaya belajar yang beragam diperlukan kejelian guru dalam menata tempat duduk agar pembelajaran bisa berjalan dengan baik.
Beberapa siswa sangat tidak nyaman jika teman sebelahnya banyak bicara atau banyak aktivitas, sementara beberapa yang lain tidak ada masalah.Â
Pengetahuan tentang gaya belajar siswa sangat membantu guru dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif.
2. Manajemen belajar yang kurang bagus
Sepandai apapun siswa, jika manajemen belajarnya kurang bagus akan sulit mencapai nilai yang maksimal. Misal belajar jika hanya akan ada ulangan saja, atau sistem kebut semalam.Â
Pengalaman menunjukkan anak yang cerdas tapi cara belajarnya tidak teratur akan kalah hasil belajarnya dengan anak yang 'biasa saja' tapi teratur belajarnya.Â
3. Kurang bisa berkomunikasi
Komunikasi sangat besar peranannya dalam pembelajaran. Siswa yang kurang mampu berkomunikasi akan takut bertanya tentang materi yang belum dimengerti.Â
Di sini peranan guru sangat penting untuk menumbuhkan keberanian siswa untuk bertanya. Baik bertanya pada guru maupun teman.Â
4. Kemampuan bahasa yang kurang
Kemampuan bahasa yang kurang membuat siswa sulit memahami soal yang stimulusnya berupa bacaan, seperti soal cerita. Untuk siswa dengan masalah seperti ini solusinya adalah mereka harus rajin membaca.Â
5. Cemas, panik, kurang percaya diri saat ulangan
Beberapa siswa merasa panik saat menghadapi ulangan matematika. Mereka cemas jika tidak bisa mengerjakan.Â
Suatu saat saya bertanya pada seorang siswa yang nilai ulangannya selalu di bawah KKM, padahal dia bukan siswa yang kurang pandai. Apa jawabannya?
"Saya grogi Bu. Sungguh, melihat teman-teman mengerjakan soal begitu tekun, saya tiba-tiba merasa diri saya bodoh."
Nah, untuk siswa seperti ini kiranya perlu diajak bicara untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. Dan biasanya penanganannya akan lebih baik jika dibantu oleh guru BK.
6. Pandangan negatif tentang diri sendiri dan matematika
Banyak siswa beranggapan matematika adalah pelajaran sulit atau mereka tidak bisa matematika.Â
Anggapan bahwa dirinya tidak mampu matematika membuat siswa benar benar tidak bisa matematika. You are what you think, sangat penting ditanamkan pada siswa.
Jika siswa menganggap tidak bisa matematika ya akhirnya tidak bisa matematika, sebaliknya jika siswa yakin akan bisa matematika pasti juga akan bisa matematika. Tentunya keyakinan tersebut harus ditunjang dengan cara belajar yang baik pula.Â
Sementara pandangan negatif siswa terhadap matematika adalah tantangan bagi guru untuk bisa menyajikan pembelajaran matematika yang menyenangkan, sehingga kesan matematika adalah pelajaran yang sulit atau menakutkan pelan-pelan bisa dikikis.Â
Banyak hal yang menyebabkan nilai matematika siswa kurang memuaskan padahal ia pintar matematika. Di atas hanya sebagian saja.Â
Tentunya untuk mengetahui penyebab dan mengatasi permasalahan yang timbul perlu keterbukaan dan komunikasi yang baik antara siswa, orang tua juga guru di sekolah.Â
Semoga bermanfaat dan salam matematika :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H