Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Halal Bihalal Siswa dalam Bingkai Moderasi Beragama di Sekolah

21 Mei 2022   10:14 Diperbarui: 21 Mei 2022   10:37 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berhalal bihalal,  dokumentasi pribadi Any

Taqobalallah... Minna waminkum
Minna waminkum
Taqobbal ya kariim

Alunan suara musik membuat suasana hari itu semakin ceria.  Bergantian seluruh warga sekolah bersalam-salaman.

Ya,  setelah libur lebaran,  dilanjutkan dengan ujian sekolah,  minggu ini kami mengadakan acara halal bihalal yang diikuti oleh seluruh siswa, guru dan karyawan.

Menjelang halal bihalal,  dokumentasi pribadi Any
Menjelang halal bihalal,  dokumentasi pribadi Any

Acara yang dikomandani oleh kesiswaan dan guru  agama ini berlangsung meriah.  Kondisi pandemi yang sudah semakin teratasi membuat kami berani mengadakan acara halal bihalal yang sudah dua tahun tidak diselenggarakan.

Acara di awali dengan doa bersama dan disambung dengan bersalam-salaman.

Hari itu leburlah semua dosa yang dibuat pada sesama manusia.  Baik dosa karena ucapan atau tindakan yang kurang menyenangkan. Semua saling bermaafan.  Menghilangkan segala rasa sakit hati dan dendam.

Sedikit tentang Halal Bihalal

Berhalal bihalal,  dokumentasi pribadi Any
Berhalal bihalal,  dokumentasi pribadi Any

Halal bihalal adalah tradisi asli Indonesia.  Bahkan di Arab tempat lahirnya agama Islam pun, tradisi ini tidak dikenal.

Bermula di sekitar tahun 1946 , negara kita Indonesia sedang mengalami masalah disintegrasi bangsa.

Dalam kondisi tersebut, Bung Karno kemudian memanggil KH. Wahab Chasbullah untuk memberikan saran guna mengatasi situasi politik tersebut.

KH.Wahab Abdullah lalu memberikan saran pelaksanaan kegiatan halal bihalal. Kegiatan ini dilakukan untuk tujuan membumikan dan menumbuhkan konsep ajaran Ahlussunah wal Jamaah.

Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat Indonesia dapat mempererat tali persaudaraan, kebangsaan dan kemanusiaan atau dikenal dengan istilah ukhuwah islamiyah, wathaniyah dan basyariyah.

Tradisi ini dilaksanakan dengan saling bermaaf-maafan dan dilakukan di bulan Syawal hingga sekarang ini baik dalam lingkup keluarga besar, lingkungan kerja, hingga kerabat dan teman dekat.

Halal Bihalal dan Moderasi Beragama di Sekolah

Moderasi beragama,  sumber gambar: Suara Dewata.com
Moderasi beragama,  sumber gambar: Suara Dewata.com

Indonesia negara yang kita cintai ini berdiri di atas banyak perbedaan. Indonesia kaya akan berbagai suku bangsa, adat istiadat juga agama.

Semua perbedaan itu mempunyai potensi  yang sangat menguntungkan jika kita mampu mengelolanya,  namun bisa juga menjadi penyebab desintegrasi bangsa jika kita tidak pandai menjaganya.

Salah satu cara untuk mencegah disintegrasi bangsa adalah moderasi beragama.  
Apakah moderasi beragama itu?

Dalam bahasa Inggris, kata "moderasi" berasal dari kata moderation, yang berarti sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan. Jika moderasi beragama merujuk pada sikap mengurangi kekerasan, atau menghindari keekstreman dalam praktik beragama.

Dalam kehidupan, setiap agama akan merasa yakin bahwa pandangannya adalah yang paling benar,  karenanya diperlukan sikap toleransi dan saling menghargai dalam arti menghargai perbedaan tanpa mencampur adukkan akidah.  

Moderasi beragama bukanlah pendangkalan akidah.  Pada dasarnya moderasi beragama adalah saya meyakini agama saya, anda meyakini agama anda, dan mari kita saling menghormati.

Adalah penting menanamkan sikap moderasi beragama pada diri siswa, karena sejak dini mereka diajak belajar hidup dalam lingkungan yang beragam seperti yang kelak akan mereka hadapi dalam masyarakat.

Dengan moderasi beragama siswa akan belajar merawat keberagaman dengan cara menghargai semua perbedaan, serta sikap adil dan saling menghormati satu sama lain.

Seperti yang terjadi pagi itu,  sesudah siswa berdoa bersama sesuai agama di tempat masing-masing,  semua segera berbaur di lapangan untuk saling memaafkan atas segala kesalahan yang dilakukan setelah sekian lama saling berinteraksi.

Tidak memandang agama, semua tampak gembira,  karena hakekatnya kita semua bersaudara.  Bukankan dia yang bukan saudaramu dalam seiman adalah saudara dalam kemanusiaan?  

Salam edukasi:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun