Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Rioyo Kupat dan Filosofi Hidangan yang Menyertainya

10 Mei 2022   18:53 Diperbarui: 10 Mei 2022   19:02 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hantaran Rioyo Kupat,  dokumentasi pribadi Buz

4. Opor ayam dan sayur rebung
Dalam proses memasak opor ayam dan sayur rebung selalu digunakan santan atau santen.  Santen bermakna nyuwun ngapunten atau mohon maaf atas semua kesalahan.

5. Telor bumbu petis

Telor bumbu petis,  sumber gambar: endeus tv
Telor bumbu petis,  sumber gambar: endeus tv


Telor yang digunakan sebagai bahan memasak melambangkan kesuburan dan kemakmuran. Dengan menyajikan telor bumbu petis  diharapkan nantinya kita tetap terus diberikan kesuburan juga kemakmuran ke depannya.

Di masa kecil saya dulu, saling memaafkan pada sesama tidak hanya diwujudkan dengan saling menghantarkan ketupat,  tapi juga  dengan menggantung kupat dan lepet di tiap pintu masuk rumah. Maknanya pemilik rumah mohon maaf pada siapa saja atas semua kesalahan yang telah diperbuat.

Zaman dulu lepet dan ketupat digantung di depan rumah,  sumber gambar: Pati News
Zaman dulu lepet dan ketupat digantung di depan rumah,  sumber gambar: Pati News

Demikian sedikit ulasan  tentang Rioyo Kupat  atau Lebaran Ketupat yang biasanya dilaksanakan di sekitar hari ke tujuh bulan Syawal di daerah saya. 

Betapa sejak dulu para pendahulu kita tidak hanya mengajarkan tentang kerendahan dan kelapangan hati, untuk saling memaafkan,  namun juga mengingatkan pada hakekat perjalanan hidup manusia yang akhirnya akan kembali pada Sang Khalik.

Dan jika dikaji, semua berintikan pada keseimbangan antara habluminallah dan habluminannas

Nah,  bagaimana Lebaran Ketupat di daerah sahabat Kompasiana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun