Di lebaran kali ini saya berkesempatan untuk mengunjungi rumah seorang seniman lukis. Pak Yusa namanya, tinggal di perumahan daerah Pungging Mojokerto.
Rimbunnya pohon belimbing dan kamboja kuning seolah tersenyum menyambut kedatangan kami. Â Siang yang terik tak begitu terasa, Â apalagi ketika kami mulai memasuki halaman rumah, di sebelah kanan halaman ada kolam berisikan tiga ekor kura-kura yang berenang ke sana kemari. Â
Memasuki ruang depan suasana hangat sangat terasa. Berbagai kue kering khas lebaran dan teh manis hangat sudah disiapkan tuan rumah. Â
Saya melihat ruang depan dan ruang tamu. Â Cantik dan khas. Â Khas rumah seorang seniman. Â Banyak lukisan atau ornamen di rumah tersebut. Â Apalagi setelah kami dibawa ke atas dimana terdapat begitu banyak koleksi lukisan.
Galeri lukisan Pak Yusa terletak di lantai dua rumahnya . Â Tidak begitu luas, Â tapi banyak lukisan tertata apik di sana.
 Lukisan Pak Yusa banyak mengambil obyek manusia,  binatang, tumbuhan, juga lingkungan sekitar.
Obyek manusia yang diambil berkisar pada tokoh-tokoh yang dikagumi Pak Yusa. Â Ada Pak Jokowi, Â Gus Dur, Â Salvador Dali, Â Pablo Picasso, Â Bunda Teresa, Â tak ketinggalan lukisan tokoh-tokoh musik seperti Freddy Mercury, Â John Lennon dan banyak lagi.
Tampak bahwa Pak Yusa adalah pecinta musik. Selain melukis, di saat senggangnya Pak Yusa sering bermain gitar dan alat musik yang lain bersama teman atau puteranya.
Binatang,  tumbuhan dan lingkungan sekitar  juga banyak diabadikan dalam lukisan Pak Yusa. Berbagai macam bunga,  satwa,  bahkan lingkungan yang paling indah sampai paling kumuhpun bisa menjadi obyek lukisan yang menarik bagi Pak Yusa.
Dari semua lukisan tersebut ada satu lukisan yang sangat menarik perhatian saya. Lukisan besar dengan corak warna yang demikian cerah. Besar karena terdiri atas tiga kanvas digabungkan menjadi satu. Â Lukisan itu bercerita tentang lebaran dan segala pernak perniknya.
Dimulai dari bagian kiri, lukisan bercerita tentang kegiatan takbir keliling di malam lebaran. Â Betapa takbir keliling di masa jauh sebelum pandemi demikian ramai, Â bahkan sampai naik truk dan membawa obor. Â
Berlanjut ke bagian tengah tampak
 orang- orang sedang membagikan zakat fitrah, satu kegiatan yang dilakukan menjelang Hari Raya Idul Fitri. Â
Di bagian yang lain lukisan, terlihat kesibukan sebuah keluarga menyiapkan hidangan lebaran.
 Ketupat dan pernak perniknya tampak di sana. Semua bekerja bersama dalam suasana bahagia. Â
Hingga di bagian tengah adalah lukisan tentang hari raya Idul Fitri. Hari yang paling dinanti-nanti. Sesudah sholat Id, Â dengan masih berbusana muslim semua bersalam-salaman untuk saling memaafkan. Â
Keceriaan Lebaran tampak demikian terasa. Â Bisa dilihat pada gambar anak-anak kecil yang membuka amplop 'galak gampil' dengan penuh kegembiraan.
Satu lagi yang mencolok dari lukisan ini adalah perjalanan mudik yang dilakukan dengan menggunakan berbagai macam kendaraan. Bus, Â kereta api ataupun kendaraan pribadi.Â
Jika kita renungkan, mudik adalah bagian perjalanan ruhani untuk menyempurnakan habluminnas. Â Sebab setelah habluminallah sudah silakukan dengan memohon ampunan dari Allah saat sholat Id, Â maka ampunan dari sesama manusia bisa didapat dengan saling berkunjung dan memaafkan hingga akhirnya kita akan lahir kembali menjadi manusia yang fitri.
Ya, dengan kepiawaiannya, seorang seniman bisa menggambarkan kegembiraan dan kehangatan dari  suasana lebaran lewat sebuah lukisan yang begitu detail dan indah. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H