Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Artikel Utama

Cerita Perjalanan Malang-Mojosari di H+2 Lebaran

5 Mei 2022   08:26 Diperbarui: 5 Mei 2022   19:16 2625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana terminal Arjosari,  dokumentasi pribadi 

Tombo ati iku limo perkarane
Moco Qur'an angen-angen sak maknane...

Suara merdu diiringi dentingan gitar membuat suasana pagi di bus hari itu terasa lebih menyenangkan.

Di H+2 lebaran saya berangkat menuju rumah adik di Mojosari.  Ya,  sudah dua tahun lebih kami tidak bertemu.  Mumpung ada kelonggaran untuk bepergian ke luar kota di tahun ini,  kami manfaatkan sebaik-baiknya untuk bertemu.  

Beberapa kali adik menyampaikan pesan lewat wa, " Sampeyan kapan ke rumah? "
"Insya Allah,  kalau longgar, " selalu itu jawaban saya.  Dan Alhamdulillah,  kelonggaran itu diberikan Allah di H+2 lebaran.

Dari rumah, kami naik grab car menuju terminal Arjosari.  Suasana jalan tidak terlalu ramai.  Beberapa kendaraan menuju arah terminal melintas dengan lancar.

 Sebaliknya yang menuju kota Malang kendaraan padat merayap. Rupanya hari itu bersamaan dengan mulainya arus balik ke kota Malang.

Suasana terminal Arjosari,  dokumentasi pribadi 
Suasana terminal Arjosari,  dokumentasi pribadi 
Suasana terminal Arjosari tidak begitu ramai.  Kami mendapatkan bus di depan pintu terminal.  Sengaja kami memilih bus biasa karena di bus geliat kehidupan berbagai lapisan begitu terasa.  Mulai dari pedagang asongan yang menjual aneka minuman,  tahu Sumedang,  kacang dan berbagai macam kue, juga pengamen yang bergantian keluar masuk bus.

Pukul setengah sepuluh bus berangkat. Semua pedagang dan pengamen turun,  dan buspun meninggalkan terminal Arjosari.

Jalanan mulai ramai, satu demi satu penumpang masuk bus dan sampai Singosari penumpang benar-benar penuh,  bahkan banyak yang berdiri.  

Bus semakin ramai,  dokumentasi pribadi 
Bus semakin ramai,  dokumentasi pribadi 
Ramainya penumpang tak menghalangi pedagang yang keluar masuk bus. Biasanya mereka mencegat di jalan -jalan tertentu,  naik,  menawarkan dagangan,  lalu turun lagi.

Sampai di Japanan kami berhenti dan pindah bus kecil menuju terminal Mojosari.  Suasana begitu panas.  Tentu saja,  kami tiba di Japanan pas azan Dhuhur.

Bus kecil yang penuh penumpang melaju dengan cepat. Penumpang bergantian ada yang naik ataupun turun dari bus.  Semua tampak habis silaturahmi atau mau berangkat silaturahmi.  Tampak dari penampilan mereka yang masih menggunakan busana muslim yang cantik-cantik.

Tepat di depan terminal Mojosari kami berdua dijemput dan langsung menuju perumahan tempat tinggalnya.

Hari yang melelahkan.  Setelah dua tahun kami tidak berani kemana-mana karena pandemi,  kini aktivitas sudah menuju normal kembali meski prokes harus tetap ditaati.

Setelah dua puluh tahun lebih tak bertemu,  dokumentasi pribadi 
Setelah dua puluh tahun lebih tak bertemu,  dokumentasi pribadi 
Namun segala kelelahan seakan terbayar ketika sebuah kejutan telah menanti di rumah adik.   Ternyata di sana sudah ada bulik kami yang sudah begitu lama tidak bertemu.

Pertemuan terasa begitu mengharukan.  Bagaimna tidak? Di masa kecil saya, bulik sangat sayang pada saya dan sering mengajak saya jalan-jalan ke mana-mana.  Kini tiba-tiba kami bertemu setelah begitu lama tidak pernah saling berkirim kabar.

Kalau dihitung,  lebih dari dua puluh tahun yang lalu terakhir kami bertemu,  sesudah itu bulik merantau ke Kupang dan kontak seakan terputus.  Kami tidak pernah tahu alamat,  maupun nomor kontaknya. Sungguh kebesaran Allah di H+2 itu kami bisa saling bertemu.

Demikian sedikit catatan perjalanan saya  dari Malang ke Mojosari di H+2 Lebaran.

Buat sahabat Kompasiana yang sekarang dalam perjalanan kembali ke rumah setelah mudik,  hati- hati di jalan.  Tetap patuhi prokes,  semoga selamat sampai rumah,  dan siap beraktivitas kembali seperti sediakala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun