Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Siapakah Orang yang Saleh Itu?

19 April 2022   15:35 Diperbarui: 19 April 2022   15:38 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbuat baik pada sesama manusia, sumber gambar: Happyfresh. id

Dikisahkan seorang ulama ahli fikih dan hadis Abdurrahman Abdullah ibn Al Mubarak suatu saat tertidur setelah selesai menjalankan prosesi ibadah haji. Dalam tidurnya ia bermimpi dua malaikat turun dari langit dan saling bercakap.

Kedua malaikat bercakap tentang seorang pembuat sol sepatu yang tidak jadi berangkat haji tapi ia tetap mendapat pahala ibadah haji.  
Pembuat sol sepatu itu bernama Ali bin Al Muwaffaq  yang tinggal di pinggiran kota Damaskus.

Sepulang haji terdorong karena rasa penasaran Abdurrahman Abdullah ibn Al Mubarak segera mencari tempat tinggal Ali bin Al Muwafaq. Abdurrahman benar- benar ingin tahu apakah amalan yang dilakukan Ali bin Al Muwafaq sehingga ia bisa mendapatkan pahala haji padahal ia tidak berangkat haji.

Sesudah bertemu, dalam perbincangan Ali menerangkan bahwa  sejak lama ia ingin naik haji dan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit.  Setelah uang nya mencukupi ia berencana berangkat ziarah ke tanah suci dalam beberapa hari ke depan.  

Suatu malam,  istrinya yang sedang hamil mencium bau masakan yang lezat dari rumah tetangganya.  Istrinya minta pada Ali untuk minta sedikit masakan tersebut karena ia begitu menginginkannya.

Malam itu Ali mendatangi rumah tetangganya.  Seorang ibu dengan anak- anaknya yang masih kecil mengitari perapian dapur yang di atasnya terdapat periuk untuk memasak sesuatu.
Ibu tersebut sedang mengaduk-aduk makanan di dalam periuk tersebut.

"Assalamu alaikum," kata Ali
"Waalaikum salam, " jawab ibu itu ramah.
"Bolehkah saya minta sedikit makanan yang Ibu masak?  Istri saya sedang hamil dan kelihatannya sangat menginginkannya, " kata Ali lagi.

Ibu itu diam sambil memandang Ali agak lama.  Tampak ada keberatan di wajahnya.
Merasa tidak enak,  Ali pun hendak berpamitan.
"Maaf..,  kalau ibu keberatan tidak apa apa,  " katanya.

Ibu itu menghela nafas berat.
"Maaf Tuan,  makanan ini halal bagi kami,  tapi tidak bagi Tuan, " jawabnya.
Ali tampak terkejut.  Makanan apa yang halal bagi satu orang tapi haram bagi orang lain sesama muslim?
"Eh..  Ibu membuat masakan apa? " tanya Ali hati- hati.

"Beberapa hari ini saya dan anak anak saya yang sudah yatim ini tidak makan.  Tadi di tengah jalan saya menemukan bangkai keledai.  Saya ambil dagingnya,  dan saya masak....Kami boleh makan bangkai keledai karena tidak ada lagi yang bisa kami makan,  tapi Tuan tidak boleh, " jawab ibu itu setengah menangis.

Ali langsung terhenyak mendengar penjelasan ibu itu. Bagaimana mungkin ia tidak tahu bahwa ada tetangganya yang demikian miskin,  sampai untuk makanpun mereka kesulitan hingga harus makan bangkai keledai?

Betapa Ali merasa berdosa tidak tahu ada kemalangan yang begitu rupa di dekatnya.

Segera ia pulang  mengambil simpanan uang yang rencananya akan dipakai untuk ziarah ke tanah suci , dan memberikannya pada ibu itu.
" Pakailah untuk belanja makanan selama beberapa hari, " katanya.  

Itulah amalan yang dilakukan Ali bin Al Muwafaq sehingga ia mendapatkan pahala haji meski gagal berangkat ke tanah suci.  Bahkan di kisah lain disebutkan bahwa Ali mendapatkan pahala setara dengan semua yang melaksanakan ibadah haji saat itu.

Ilustrasi berbuat baik pada sesama manusia, sumber gambar: Happyfresh. id
Ilustrasi berbuat baik pada sesama manusia, sumber gambar: Happyfresh. id

Dalam cerita di atas nyata bahwa Allah tidak hanya menghargai ibadah ritual seseorang,  namun juga sangat menghargai kebaikan yang dilakukan oleh manusia pada sesamanya.  

Sebagai seorang muslim kesalehan mencakup tiga hal, yaitu hubungan baik dengan Allah (hablum minallah), hubungan baik dengan sesama manusia (hablum minannas), dan hubungan baik dengan alam (hablum minal alam).

Menjaga hubungan baik dengan ketiganya sangat penting dilakukan untuk menjaga harmoni kehidupan manusia dan semesta.

Dalam kisah yang lain diceritakan  bahwa suatu saat seorang Kyai ditanya oleh santrinya.
 "Kyai orang saleh itu yang seperti apa?" tanya Si santri.
Dengan senyum Kyai itu menjawab," Orang saleh adalah orang yang menyeimbangkan ushali dan usaha."

Apa artinya?  Orang saleh adalah orang yang mampu menyeimbangkan antara ibadah ritual dan perilaku sosialnya.

 Artinya ia tidak hanya rajin beribadah, tetapi mempunyai perilaku baik pada sesama dan lingkungan sekitarnya sebagai wujud pengamalan ibadahnya.

Sebuah renungan Ramadhan:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun