Ali langsung terhenyak mendengar penjelasan ibu itu. Bagaimana mungkin ia tidak tahu bahwa ada tetangganya yang demikian miskin, Â sampai untuk makanpun mereka kesulitan hingga harus makan bangkai keledai?
Betapa Ali merasa berdosa tidak tahu ada kemalangan yang begitu rupa di dekatnya.
Segera ia pulang  mengambil simpanan uang yang rencananya akan dipakai untuk ziarah ke tanah suci , dan memberikannya pada ibu itu.
" Pakailah untuk belanja makanan selama beberapa hari, " katanya. Â
Itulah amalan yang dilakukan Ali bin Al Muwafaq sehingga ia mendapatkan pahala haji meski gagal berangkat ke tanah suci. Â Bahkan di kisah lain disebutkan bahwa Ali mendapatkan pahala setara dengan semua yang melaksanakan ibadah haji saat itu.
Dalam cerita di atas nyata bahwa Allah tidak hanya menghargai ibadah ritual seseorang, Â namun juga sangat menghargai kebaikan yang dilakukan oleh manusia pada sesamanya. Â
Sebagai seorang muslim kesalehan mencakup tiga hal, yaitu hubungan baik dengan Allah (hablum minallah), hubungan baik dengan sesama manusia (hablum minannas), dan hubungan baik dengan alam (hablum minal alam).
Menjaga hubungan baik dengan ketiganya sangat penting dilakukan untuk menjaga harmoni kehidupan manusia dan semesta.
Dalam kisah yang lain diceritakan  bahwa suatu saat seorang Kyai ditanya oleh santrinya.
 "Kyai orang saleh itu yang seperti apa?" tanya Si santri.
Dengan senyum Kyai itu menjawab," Orang saleh adalah orang yang menyeimbangkan ushali dan usaha."
Apa artinya? Â Orang saleh adalah orang yang mampu menyeimbangkan antara ibadah ritual dan perilaku sosialnya.
 Artinya ia tidak hanya rajin beribadah, tetapi mempunyai perilaku baik pada sesama dan lingkungan sekitarnya sebagai wujud pengamalan ibadahnya.