Perkenalan dan keakraban saya dengan Ibu Dewi berawal  ketika saya mengikuti diklat matematika di P4TK Jogjakarta yag diselenggarakan oleh SEAMEO selama lebih kurang dua minggu. Â
Di awal diklat saat pembagian kamar, saya mendapatkan kamar nomor terakhir, karena di daftar nama saya nomor paling bawah. Mulai zaman sekolah, karena nama saya di awali dengan huruf y saya biasa mendapat nomor urut terakhir.
Nah, Â karena jumlah peserta ganjil, Â saya ternyata tidak ada temannya alias sendirian di kamar itu. Â Kamar nomor 13 lagi.. Â Duh..
Di luar dugaan,  ternyata di kamar lain ada ada satu peserta yang  hadir terlambat karena sedang ada kesibukan lain. Oleh panitia saya langsung dipindah ke kamar tersebut. Senangnya..  Jadinya saya tidak sendirian karena saya satu kamar dengan Ibu Dewi.
Itulah awal perkenalan saya dengan Ibu Dewi.
Ibu Dewi adalah guru sebuah SMP Katholik di kota Bogor.Â
 Orangnya masih muda,  bawaannya ramah dan lincah. Bersama Ibu Dewi mengerjakan tugas-tugas diklat menjadi lebih ringan karena orangnya terbuka dan menyenangkan diajak berdiskusi.
Dalam banyak hal kami berdua punya banyak kesamaan. Â Suka matematika (tentu saja), Â sering ikut olimpiade, Â suka sejarah dan membaca. Â Tiap malam sesudah mengerjakan tugas diklat kami ngobrol sampai malam tentang apa saja. Â
Pengalamannya kuliah di Jogja, Â tentang candi Borobudur, Â Prambanan, Â dan banyak lagi. Â Kami begitu akrab. Â Melihat Bu Dewi saya seperti melihat diri saya di masa muda. Semangatnya dalam bercerita dan menceritakan murid- muridnya.
Keyakinan kami yang berbeda sama sekali tidak menjadi penghalang bagi kami untuk selalu mengingatkan satu sama yang lain.