Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Pelajaran Berharga dari Semangkuk Kolak

12 April 2022   13:33 Diperbarui: 12 April 2022   17:30 2843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pisang kepok,  salah satu bahan untuk membuat kolak, Sumber gambar: Lifestyle Okezone

Bulan puasa selalu mengingatkan saya pada masa kecil.  Masa dimana saya,  adik dan kakak bersama-sama belajar puasa,  dari puasa bedug dan perlahan lahan kuat melaksanakan puasa sampai Maghrib (nutug)

Nuansa puasa selalu menyenangkan. Meski kami selalu buka dan sahur dengan hidangan yang sederhana,  tapi kehangatan begitu terasa.

Satu sosok yang membuat saya kagum adalah ibuk.  Betapa tidak?  Ibuk selalu menghidangkan masakan yang berganti-ganti tiap harinya.

Masakan ibukpun berganti-ganti.  Kadang sop,  sayur  bayam,  sayur asem,  lodeh, tumis kangkung, dan selalu dilengkapi dengan hadirnya tempe,  tahu dan sambel.  Sederhana,  namun mantap rasanya.

Karena selalu berganti pertanyaan kami tiap pagi adalah, "Ibuk masak apa hari ini? "

Biasanya ibuk selalu senyum dengan penuh rahasia,  tapi sore hari hidangan lezat sudah tertata di meja.

Namun apapun hidangannya,  ibuk hampir tiap hari menyisipkan kolak sebagai salah satu hidangan. Isinya bervariasi.  Kadang ubi kayu, pisang,  tapai, telo atau bahkan mbothe.  Terus terang , kehadiran kolak membuat kami makin semangat berpuasa.  

Ubi sebagai salah satu bahan kolak, Sumber gambar: torufarm.com
Ubi sebagai salah satu bahan kolak, Sumber gambar: torufarm.com

Tentang Kolak

Mengapa di bulan puasa, selalu ada kolak?
Meski banyak hidangan beraneka ragam sampai saat ini kolak selalu hadir di acara buka bersama.  
Tidak lengkap rasanya jika tidak ada kolak.

Nah ternyata kolak menyimpan filosofi sendiri. Konon,  kolak adalah hidangan yang diperkenalkan oleh Walisongo. 

Hidangan yang terbuat dari santan,  gula merah,  pisang dan umbi-umbian ini ternyata menyimpan makna yang sangat mendalam.

Santan,  bahan utama pembuat kolak,  Sumber gambar: Tribun Kaltim
Santan,  bahan utama pembuat kolak,  Sumber gambar: Tribun Kaltim
Ada lima tafsir mengenai hidangan kolak, yaitu :

1. Kolak berasal dari kata khola,  artinya mengosongkan diri.  Untuk mendekat pada Sang Pencipta kita harus dapat mengosongkan diri dari dosa.

2. Kolak berasal dari kata kholik artinya pencipta.  Maknanya mengajak manusia untuk selalu ingat dan mendekat pada Sang Pencipta.

3. Kolak terbuat dari santan atau santen dalam bahasa Jawa.  Bermakna antara sesama manusia marilah kita saling "nyuwun ngapunten"  atau meminta maaf.

4.Salah satu isi kolak adalah pisang, dan pisang yang paling sedap adalah pisang kepok.  Ini bermakna agar kita sebagai manusia kapok berbuat dosa.

Pisang kepok,  salah satu bahan untuk membuat kolak, Sumber gambar: Lifestyle Okezone
Pisang kepok,  salah satu bahan untuk membuat kolak, Sumber gambar: Lifestyle Okezone

5. Isi kolak yang lain adalah umbi-umbian atau "pala pendem".  Mengingatkan bahwa kelak manusia akan 'dipendem' atau menuju kematian.

Ada banyak pelajaran baik yang bisa diambil dari semangkuk kolak.  Baik yang berkaitan dengan hablumminallah (hubungan dengan Tuhan) maupun hablumminannas ( hubungan dengan manusia), juga pelajaran bahwa semua manusia sedang dalam perjalanan menuju kematian.  

Meski kehadiran kolak lambat laun tergeser oleh hidangan lainnya,  tidak ada salahnya kita tetap mempertahankan keberadaannya dan memahami makna yang terkandung di dalamnya,  guna melestarikan budaya Nusantara kita tercinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun