Melihat nadanya yang mulai ngotot, anak saya mulai merasa tidak enak.Â
"Ini benar, Mas? " Tanya anak saya lagi.
"Ya Allah, Mas, saya juga punya keluarga, cari uang yang halal. Kalau Mas tidak percaya apa perlu saya kirimkan KTP?" Nada suara mulai meninggi.Â
Akhirnya diambil kesepakatan bahwa anak saya harus transfer pukul sebelas siang keesokan harinya. Jika tidak, maka tiket akan hangus.Â
Penipuan, jelas sekali. Hampir sama modusnya dengan penipuan-penipuan yang sering diceritakan. Ramah di awal, minta ditransfer uang, Â tanya nomor rekening, Â dan akhirnya marah-marah ketika tidak dipenuhi.Â
Apalagi ketika keesokan harinya nomor WhatsApp si penjual tiket sudah tidak bisa dihubungi, dan tidak ada kabar hingga kini.Â
Meskipun pahit, ada beberapa pelajaran berharga yang bisa diambil dari peristiwa ini, yaitu:
- Hindari memesan tiket pesawat melalui telepon atau SMS/WhatsApp/LINE dari oknum yang belum dikenal, terlebih jika nomor telepon yang digunakan adalah nomor telepon pribadi.
- Lebih baik membeli tiket lewat agen perjalanan yang sudah terpercaya. Di samping lebih aman, lewat agen perjalanan resmi jadwal perjalanan serta harga tiket pesawat dari berbagai maskapai ditampilkan secara jelas.Â
- Jangan mudah tergiur promo tiket murah, terutama jika yang menawarkan adalah pihak-pihak yang kurang jelas. Bukannya untung yang kita dapatkan, tapi justru rugi.Â
 Seperti yang terjadi di atas, gara-gara ingin mendapat diskon Rp 250.000,00 akhirnya dua juta rupiah melayang.Â
Menjelang lebaran seperti ini, di mana banyak orang akan mudik, pasti ada saja oknum yang ingin mengambil manfaat dengan cara melakukan hal-hal yang tidak baik. Karena itu cermat, waspada dan hati-hati sangat diperlukan dalam merencanakan perjalanan kita. Â
Semoga bermanfaat..Â
Salam Kompasiana:)