Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Perbedaan adalah Rahmat

4 April 2022   12:53 Diperbarui: 4 April 2022   13:23 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak kecil mendapatkan galak gampil,  sumber gambar: jogjaaja.com

Seperti yang pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya, tahun ini kembali terjadi perbedaan penentuan awal puasa.  Ada yang berpuasa mulai hari Sabtu adapula yang hari Minggu.

Yang mulai puasa hari Sabtu mengikuti penentuan awal puasa dengan metode hisab,  sementara yang hari Minggu menunggu hasil rukyatul hilal yang dilakukan oleh pemerintah.

Tidak masalah.  Semua punya dasar sendiri sendiri. Yang penting kita melaksanakan ibadah kita sebaik-baiknya.  
Di kampung kami ada langgar dan masjid yang posisinya tidak begitu berjauhan. Hanya berselisih gang. Masjid ada di gang F, langgar ada di gang H.  Masjid mengikuti Muhamadiyah sementara langgar mengikuti NU.  

Hanya dalam beribadah saja kami beda tempat.  Dalam keseharian tak ada masalah.  Kami tetap baik satu sama yang lain.  

Ketika tetangga di gang F puasa di hari Sabtu,  di daerah kami belum.  Kami mengikuti pemerintah, mulai puasa di hari Minggu.  

Di hari Sabtu para penjual bakso, es,  tahu campur tidak ada yang masuk ke gang F di siang hari.  Sebagai gantinya banyak yang berjualan di gang kami.

Demikian juga anak-anak kecil dari gang kami tidak bermain ke sana.  Maklumlah hari pertama puasa di gang F suasana begitu sepi.
 
Hari Minggu kami serempak berpuasa.  Nah,  suasana sudah mulai biasa.  Anak anak bebas bermain dengan teman-temannya yang tinggal di gang F.  Podho luwene,  kata mereka.

Seperti halnya penentuan awal puasa,  penentuan hari lebaran juga sering berbeda.  Sekali lagi hal ini tidak menjadi masalah. Justru menjadi berkah, terutama bagi pedagang makanan dan anak anak.

Suatu saat ketika anak-anak saya masih kecil,  gang kami berlebaran lebih dahulu daripada gang F.

Malam lebaran di gang kami begitu ramai.  Takbiran di langgar, anak-anak kecil mainan kembang api dan petasan, juga para amil sibuk membagikan zakat ke rumah-rumah.

 Tak demikian dengan suasana gang F yang sepi karena masih harus puasa satu hari lagi.
 
Di rumah saya pun pernak-pernik lebaran sudah mulai disiapkan.  Kue-kue,  dan yang paling penting adalah baju-baju untuk sholat ied besok.  

Ilustrasi anak kecil berlebaran,  sumber gambar: tokopedia.com
Ilustrasi anak kecil berlebaran,  sumber gambar: tokopedia.com

Esok harinya kami berangkat sholat Ied di masjid terbesar di kampung kami.  Setelah bersalam- salaman dengan jamaah kami langsung pulang

Kami sepakat silaturahmi keliling kampung besok saja dilakukan,  menunggu tetangga di gang F juga berlebaran.  

Tapi lain orang tua,  lain anak- anak.  Jika kami menahan diri untuk tidak bersilaturahmi dulu,  anak-anak kecil sudah janjian untuk berkeliling kampung  sambil mencari galak gampil.

 Galak gampil adalah semacam angpao yang diberikan pada anak- anak agar semua ikut gembira menyambut datangnya lebaran.  

Hari pertama lebaran langsung banyak penjual bakso dan es masuk gang kami.  Penjual rujak juga sangat laris.  Benar-benar rezeki bagi para penjual makanan.

Lebaran hari kedua tidak seramai hari pertama di gang kami.  Para penjual makanan pindah ke gang F. Ya, di gang F sedang berlebaran hari pertama.

Namun demikian anak-anak kecil tetap semangat.  Pagi pagi,  rupanya mereka sudah janjian. Dengan mengenakan baju lebaran kemarin,  mereka bersama-sama menuju gang F untuk mencari galak gampil lagi.  He.. He..

Sore hari sehabis Ashar saya mendengar dialog antara anak saya dan mas nya. Ketika itu mereka sedang menghitung uang galak gampil di kamar.  
"Kamu dapat berapa Zul? " tanya masnya.
"Banyak , Mas,  " kata si adik sambil menyebut nominal rupiah.
Kakaknya tertawa.
"Aku yo akeh...,  " katanya.

Izul si adik langsung menjawab, "Enak ya kalau roiyonya tidak bareng..  Galak gampilnya banyak.., "
"Iya, mudah mudahan tahun depan tidak bareng lagi.. " jawab si kakak sambil terus menghitung uangnya.

Saya menahan tawa mendengar dialog itu.  Benar-benar perbedaan adalah rahmat..

Salam Ramadhan:)

Arti istilah:
Podho luwene : sama-sama lapar
Aku yo akeh : aku juga dapat banyak
Rioyo : hari raya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun