Tak demikian dengan suasana gang F yang sepi karena masih harus puasa satu hari lagi.
Â
Di rumah saya pun pernak-pernik lebaran sudah mulai disiapkan. Â Kue-kue, Â dan yang paling penting adalah baju-baju untuk sholat ied besok. Â
Esok harinya kami berangkat sholat Ied di masjid terbesar di kampung kami. Â Setelah bersalam- salaman dengan jamaah kami langsung pulang
Kami sepakat silaturahmi keliling kampung besok saja dilakukan, Â menunggu tetangga di gang F juga berlebaran. Â
Tapi lain orang tua,  lain anak- anak.  Jika kami menahan diri untuk tidak bersilaturahmi dulu,  anak-anak kecil sudah janjian untuk berkeliling kampung  sambil mencari galak gampil.
 Galak gampil adalah semacam angpao yang diberikan pada anak- anak agar semua ikut gembira menyambut datangnya lebaran. Â
Hari pertama lebaran langsung banyak penjual bakso dan es masuk gang kami. Â Penjual rujak juga sangat laris. Â Benar-benar rezeki bagi para penjual makanan.
Lebaran hari kedua tidak seramai hari pertama di gang kami. Â Para penjual makanan pindah ke gang F. Ya, di gang F sedang berlebaran hari pertama.
Namun demikian anak-anak kecil tetap semangat. Â Pagi pagi, Â rupanya mereka sudah janjian. Dengan mengenakan baju lebaran kemarin, Â mereka bersama-sama menuju gang F untuk mencari galak gampil lagi. Â He.. He..
Sore hari sehabis Ashar saya mendengar dialog antara anak saya dan mas nya. Ketika itu mereka sedang menghitung uang galak gampil di kamar. Â
"Kamu dapat berapa Zul? " tanya masnya.
"Banyak , Mas, Â " kata si adik sambil menyebut nominal rupiah.
Kakaknya tertawa.
"Aku yo akeh..., Â " katanya.
Izul si adik langsung menjawab, "Enak ya kalau roiyonya tidak bareng.. Â Galak gampilnya banyak.., "
"Iya, mudah mudahan tahun depan tidak bareng lagi.. " jawab si kakak sambil terus menghitung uangnya.