Apakah pengalaman di masa sekolah yang paling berkesan bagi pembaca?Â
Ah, tentunya kita punya pengalaman masing-masing yang tak terlupakan. Ada yang menyenangkan, ada pula yang tidak.
Pengalaman yang menyenangkan membuat kita suka dengan pelajaran tertentu, namun pengalaman yang kurang menyenangkan membuat kita alergi pada pelajaran tertentu pula.
Saya di sini tak hendak membicarakan pengalaman yang tak menyenangkan yang membuat saya alergi dengan mapel tertentu. Itu rahasia, hehehe.
Mari kita bicara tentang hal yang menyenangkan saja.
Satu pengalaman saya yang tak terlupakan bahkan mungkin yang membuat saya sekarang menjadi guru matematika adalah dulu saya langganan disetrap oleh guru saya.Â
Karena sebuah kesalahan meloloskan diri dari jam pelajaran matematika, bu guru sangat hafal pada saya. Akibatnya tiap pelajaran matematika jika ada yang tidak bisa, saya harus maju menggantikannya.
Pada mulanya saya takut. Tapi melihat bu guru menghukum saya dengan senyum tanpa ada kemarahan di wajah beliau, akhirnya saya menjalani hukuman itu dengan hati ringan. Ya, memang saya salah, pikir saya.
Hal tersebut ternyata besar sekali akibatnya. Tiap pelajaran matematika saya harus siap. Malu lah kalau sampai tak bisa mengerjakan. Hingga akhirnya saya "menikmati" hukuman itu dan membawa saya kulian di jurusan matematika untuk lebih mendalami matematika.
Dalam pembelajaran, pengalaman belajar juga memegang peranan yang sangat penting.Â
Pengalaman belajar yang mengesankan membuat materi akan selalu diingat oleh siswa. Meski harus diakui memberikan pengalaman belajar sering memerlukan waktu yang agak lama daripada mengajar dengan menggunakan metode ceramah biasa.
Dalam beberapa tulisan saya tentang pembelajaran matematika, selalu saya kemukakan bahwa rumus matematika jangan sekedar dihafal. Pelajarilah dari mana dia berasal, maka ia akan awet dalam ingatan.
Proses mempelajari dari mana asal rumus inilah, menjadikan pengalaman belajar yang akan selalu diingat siswa.
Sebagai contohnya, pada saat pembelajaran untuk mencari luas lingkaran, siswa bisa diminta untuk membuat potongan-potongan juring yang kemudian disusun menjadi sebuah bangun datar lalu dicari luasnya.Â
Dari luas berbagai bangun datar yang dibentuk dapat disimpulkan bahwa rumus luas lingkaran adalah L = pi x r x r.
Dengan merangkai sedotan tersebut, akhirnya siswa bisa mengambil kesimpulan bahwa dalam sebuah segitiga dengan panjang sisi A, B dan C, dengan C adalah sisi terpanjang selalu berlaku C lebih kecil dari A +B.
Dua contoh di atas hanya sebagian kecil cara memberikan pengalaman belajar pada siswa.
Pembelajaran menentukan rumus luas lingkaran atau ketidaksamaan segitiga bila disajikan dengan ceramah hanya memerlukan waktu dua jam pelajaran. Itu pun siswa masih punya waktu untuk mengerjakan beberapa latihan soal.
Sementara dengan praktek sampai pengambilan kesimpulan, diperlukan waktu dua jam pelajaran, sementara latihan soal baru bisa diadakan di pertemuan berikutnya.
Pembelajaran dengan praktek memerlukan waktu yang agak panjang, tapi siswa mendapatkan pengalaman belajar di sana.Â
Dengan pengalaman tersebut diharapkan siswa lebih memahami dan pada akhirnya mengingat konsep yang dipelajari.
Adalah tugas guru merancang pembelajaran yang bisa menciptakan pengalaman belajar yang menarik bagi siswa agar proses belajar berlangsung menyenangkan.
Tak lupa dalam pelaksanaannya, guru harus selalu mengawal proses tersebut sehingga jangan sampai melenceng dari tujuan yang diinginkan.
Tidak harus menggunakan metode dengan sintak-sintaknya yang kadang susah untuk dipahami. Bahkan kita bisa membuat metode kita sendiri asal sesuai dengan tujuan pembelajaran kita.
Jadi, sudah siapkah kita untuk merdeka?
Disarikan dari workshop Kurikulum Prototipe
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI