Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Anak Zaman Dulu Jarang yang Obesitas?

1 Februari 2022   11:03 Diperbarui: 1 Februari 2022   11:17 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedondong, Sumber gambar: Shopee

Siang itu sehabis mengajar tiba-tiba seorang teman menyodorkan sesuatu pada saya."Bu, ayo diicipi dele nya.."

Wah, hal yang sangat menyenangkan, lapar-lapar seperti ini tiba-tiba ditawari makanan. Hmm, nikmat Tuhan yang mana yang hendak kamu dustakan?

Mendengarkan kata dele bayangan saya adalah pada kacang kedelai. Ternyata bukan..
Begitu tupperware dibuka, isinya adalah kedelai yang masih ada kulitnya, dan dikukus.

Ya ampun, jadi ingat zaman dulu saat masih SD. Saya sering dibelikan dele di mlijo langganan ibuk.
Dele adalah jajanan kami anak sekolah saat itu. Anak-anak zaman sekarang pastinya tidak kenal.

Makan kedelai sambil mengupas dari kulitnya satu persatu membuat ingatan saya terlempar ke masa lalu. Ya, ingatan akan jajanan anak anak SD kala itu.

Apa saja macamnya? Bernostalgia sejenak yuk..

1. Kedelai

Kedelai, dokumentasi pribadi
Kedelai, dokumentasi pribadi
Warnanya kuning kecoklatan. Biasanya diikat dengan batang kedelai yang kecil kecil untuk menguatkan ikatan biar tidak lepas. Biasanya kedelai diletakkan dalam baskom besar dan pembeli boleh mengambil sesuai jumlah uang yang dibayarkan.

Kedelai banyak diolah untuk membuat bahan makanan misalnya tempe, tahu atau susu.

Tanaman yang mengandung karbohidrat, protein, air dan serat ini juga mengandung isoflavon. Isoflavon adalah fitonutrien yang berfungsi untuk mencegah berbagai penyakit, diantaranya penyakit jantung dan menurunkan kolesterol

2. Juwet atau jamblang

Juwet atau jamblang, sumber gambar: Shopee
Juwet atau jamblang, sumber gambar: Shopee
Kalau musim juwet biasanya kami pulang sekolah dengan mulut yang berwarna biru keunguan. Kadang harus dimarahi ibuk juga karena warna dari buah juwet mengotori seragam kami.

Buah yang semakin langka ini berasal dari Asia Selatan. Warnanya ungu tua, kulitnya halus mengkilap , dan rasanya asam agak sepat. Semakin tua warnanya biasanya semakin manis.

Biasanya juwet dijual dengan tambahan sedikit garam.
Buah juwet mengandung zat zat penting di antaranya zat besi, fosfor, kalsium dan magnesium.

Karena kandungan zat tersebut buah juwet bermanfaat untuk menyembuhkan anemia, maag, juga baik untuk kesehatan tulang dan gigi.

3. Tebu

Tebu, Sumber gambar: SteemKR
Tebu, Sumber gambar: SteemKR
Aha, yang satu ini rasanya manis dan penyajiannya biasanya ditusuk sehingga berbentuk seperti bunga.

Jika sekarang tebu bisa diperoleh dalam bentuk minuman sari tebu, dulu untuk menikmati manisnya tebu harus dikunyah langsung dan sepahnya dibuang.

Karena itulah saat musim tebu biasanya halaman jadi kotor karena buangan sepah tebu dari anak anak.

Dalam tebu terkandung zat gula, serat,vitamin A, B1 hingga B6, C, dan E. Tebu juga  bermanfaat untuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah, menjaga kepadatan tulang dan menjaga kesehatan kulit.

4. Kedondong

Kedondong, Sumber gambar: Shopee
Kedondong, Sumber gambar: Shopee
Buah apa yang luarnya halus tapi dalamnya kasar? He.. He. Kedondong.

 Buahnya hijau kecil- kecil kira kira sekepalan tangan. Semakin tua warnanya semakin kekuning kuningan.Rasa kedondong masam dan segar. 

Ada satu rumor yang beredar di kalangan kami anak anak kecil saat itu, bahwa buah kedondong akan terasa lebih manis jika dibanting atau dijepitkan di pintu atau di jendela sampai pecah. Bukan dikupas memakai pisau.

 Akibatnya jendela dan pintu kelas sering rusak saat musim kedondong. Kepala sekolah kami sampai masuk ke kelas-kelas untuk melarang anak-anak menggunakan pintu dan jendela kelas untuk 'mengupas' kedondong.

Di samping buah-buahan di atas, banyak juga buah lain yang dijual untuk jajanan anak saat itu. Seperti pepaya kupas, salak, manggis, nanas kupas atau mangga.

Yang jelas jajanan kami saat itu didominasi makanan yang alami dan segar. Jajanan dalam kemasan belum ada, tidak beragam dan cantik-cantik seperti saat ini.

Mungkin karena jajanan yang seperti itu, juga aktivitas bermain kami yang begitu padat, jarang di antara kami saat itu yang kena obesitas atau penyakit macam-macam. 

Paling banter anak-anak saat itu sakit batuk, pilek atau diare. Itu pun sembuh sendiri.

 Ya, dokter atau mantri juga masih jarang saat itu.

Nah, jika saat kecil kami tidak obesitas tapi saat dewasa ada sedikit obesitas, itu karena ada sedikit kesalahan teknis saja.  

He.. He.. Sedikit tulisan untuk bernostalgia.
Selamat menikmati libur sahabat Kompasianer, dan salam sehat:)

Referensi : hellosehat.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun