Apa yang menarik saat sekolah menerima kedatangan tamu? Banyak. Yang jelas tampak adalah persiapan yang sebaik-baiknya mulai dari kebersihan, penerimaan tamu, persiapan penyambutan oleh siswa, penataan acara, juga yang tak kalah penting adalah persiapan hidangan.
Dalam beberapa kali acara di sekolah, yang menarik perhatian saya adalah selalu ada jajan pasar dan tumpeng pala pendem di antara banyak hidangan yang disajikan.
Jajan pasar dan tumpeng pala pendem biasanya dihidangkan dalam tampah yang diberi hiasan untuk mempercantik penampilannya.
Mengapa keduanya selalu muncul? Dalam tradisi Jawa, menyediakan jajan pasar dan pala pendem dalam sebuah acara tidak sekedar berarti menyajikan makanan.
Kehadiran tumpeng  pala pendem dan jajan pasar di acara-acara penting memiliki filosofi yang begitu dalam.
Tentang Jajan Pasar
lupis, cenil, tiwul, gatot, horog-horog, kadang ada juga klepon. Jajan pasar biasanya dihidangkan dengan taburan kelapa dan disiram gula merah sehingga membuat rasanya demikian maknyus.Namun tahukah sahabat kompasianer  bahwa di balik kelezatannya ada pesan tertentu di balik jajan pasar itu? Berikut adalah sebagian di antaranya:
Jajan pasar biasanya terdiri atas1. Lupis
Lupis adalah makanan yang terbuat dari ketan yang berbentuk silinder atau segitiga. Lupis diperkirakan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
Penyajian lupis  biasanya dipotong-potong (lupis silinder) atau dibiarkan utuh ( segitiga). Yang saya ingat sampai sekarang penjual lupis di pasar selalu memotong lupisnya dengan menggunakan benang, bukan pisau. Unik sekali.
Beras ketan yang menempel erat satu dengan yang lain pada lupis memberikan pelajaran tentang rasa persatuan, persaudaraaan dan kepedulian terhadap sesama yang tak mudah digoyahkan.
2. Cenil
Cenil biasanya terbuat dari singkong atau tepung ketan dan kanji yang diberi warna-warni sebelum dimasak. Rasanya kenyal dan manis. Seperti halnya lupis, cenil dihidangkan dengan taburan kelapa dan cairan gula merah. Cenil yang lengket menunjukkan rasa persatuan dan kerukunan dalam masyarakat Jawa.
3. Gatot
Gatot terbuat dari singkong dan agak lama dalam proses pembuatannya. Singkong dikupas lalu dijemur menjadi gaplek. Setelah itu direndam dalam air, dipotong potong, dicampur sedikit gula dan dikukus.
Tampilan gatot sedikit kurang menarik. Hitam kecoklatan dan agak kenyal. Kata gatot pernah diplesetkan berasal dari kata gagal total, ditujukan pada singkong yang tidak bisa tumbuh maksimal.
Mungkin makna yang terkandung dalam jajanan ini adalah sejelek apapun manusia dia masih bisa memberikan manfaat bagi yang lain.
4. Tiwul
Saat penjajahan Jepang, karena beras tak terjangkau akhirnya banyak orang beralih ke tiwul untuk makanan sehari-hari. Jadi sebenarnya tiwul menyimpan cerita keprihatinan masyarakat Indonesia kala itu.
Tiwul terbuat dari singkong yang dijemur dijadikan gaplek. Gaplek ini kemudian ditumbuk dan dikukus. Jika ingin lebih gurih bisa diberi sedikit garam atau diberi sedikit gula merah supaya manis. Supaya mantap, menghidangkannya ditambahi parutan kelapa di atasnya.
Penyajian jajan pasar biasanya diletakkan dalam sebuah pincuk. Pincuk berasal dari kata pinten- pinten cukup (Jawa), maksudnya agar kita selalu bersyukur dan merasa cukup atas rezeki yang diberikan oleh Allah swt.
Tentang Pala Pendem
Pala pendem berisikan umbi-umbian yang buahnya diambil dari dalam tanah. Seperti pohong, telo kaspe, bentul, mbothe, kacang juga waluh. Tidak kalah dengan jajan pasar, pala pendem juga menyimpan filosofi tertentu.Apa maknanya?
Bahan makanan itu berasal dari tanah, hal tersebut adalah untuk mengingatkan kejadian manusia yaitu dari tanah dan akan kembali ke tanah.
Melalui hidangan pala pendem yang diambil dari dalam tanah, kita juga diajak lebih menghargai tanah atau bumi sebagai penghasil bahan makanan bagi manusia. Tanah harus kita jaga kelestariannya karena dari tanah bahan makanan kita berasal
Tumpeng pala pendem dihidangkan dalam bentuk mendatar, tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain. Hal tersebut menyiratkan bahwa semua manusia kedudukannya sama. Hakekatnya tidak ada perbedaan derajat di antara sesama manusia.
Ternyata dari sajian jajan pasar dan tumpeng pala pendem ada banyak pelajaran yang bisa diambil.
Pelajaran agar kita senantiasa berbuat baik pada sesama manusia, pada lingkungan, juga yang tak kalah penting adalah selalu bersyukur atas segala karunia rezeki yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Selamat berakhir pekan, dan monggo dicicipi jajan pasar juga pala pendemnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H