Adrian menunduk dalam di depan pak guru, wajahnya begitu kusut. Saat pelaksanaan Penilaian Akhir Semester (PAS) seperti ini, seharusnya ia duduk di ruangan bersama teman-temannya untuk mengerjakan soal.Â
Namun hari ini tidak. Pak Mahmud operator memanggil dan mengajak Adrian menuju ruang panitia untuk memberikan keterangan berkaitan dengan masalah yang terjadi dalam dua hari pertama pelaksanaan PAS di sekolah.
Sudah sejak lama sekolahnya menggunakan aplikasi tertentu untuk ulangan harian maupun ujian. Aplikasi yang demikian mudah dan bisa diakses dengan menggunakan laptop maupun handphone siswa.
Adrian sudah paham betul bagaimana menggunakan aplikasi itu meskipun ia baru duduk di kelas 7. Demikian juga teman-temannya.Â
Tidak heran, karena generasi sekarang jauh lebih cepat belajar IT daripada generasi sebelumnya.
Namun perkembangan yang kurang baik pun muncul. Dengan alasan iseng ataupun mengintip soal, siswa mulai berani masuk aplikasi dengan menggunakan password teman yang mana dengan diam-diam mereka ambil saat main game bersama.
Dengan menggunakan password teman, siswa masuk aplikasi, membaca soal sekilas lalu menyelesaikannya. Meski berakibat nilai temannya hancur dan tidak bisa mengerjakan ulang, pelaku tenang-tenang saja. Mengapa tidak? Yang penting nilainya bagus.
Celakanya Adrian sering menjadi korban perbuatan semacam itu, nilai ulangannya hancur. Sekalipun Adrian geram, ia tak bisa berbuat apa-apa. Meski ia bisa menebak pelakunya, tapi Adrian tidak punya buktinya. Lapor guru? Ah, pasti tidak dipercaya, pikirnya.
Berbekal sakit hati karena sering mengalami hal tersebut, Adrian pun berencana melakukan pembalasan di saat yang sangat tepat yaitu saat PAS.
Di hari pertama PAS, tidak tanggung-tanggung, ada empat ulangan teman yang dimasuki Adrian. Dengan menggunakan password teman, ia membaca dan mengerjakan beberapa soal lalu menyelesaikannya