Begitu masuk dan memberi salam, kami diminta meletakkan tangan di meja. Periksa kuku!
Ya ampun, periksa kuku seperti anak TK saja, pikir kami. Padahal kami sudah duduk di kelas tiga SMP waktu itu.
Jika kuku pendek dan bersih, kami akan 'selamat'. Tapi jika tampak kotor atau sedikit panjang, sebuah cubitan akan langsung dihadiahkan pada kami. Atau kuku kami akan dipotong dengan menggunakan gunting kecil tapi dalam posisi melintang. Duh, mau tak mau sampai di rumah kuku harus dipotong.
"Saya tidak mau murid saya cantik-cantik atau ganteng ganteng tapi cacingan.., " begitu alasan beliau dengan kegiatan periksa kuku ini.
Satu hal lain yang menjadi kebiasaan Bu Kenes adalah memeriksa tanda tangan orang tua setiap akhir bab menjelang ulangan. Jadi sambil memeriksa kelengkapan catatan beliau mengecek apakah orang tua kami juga terlibat dengan pembelajaran di sekolah.
Nah, saya punya pengalaman yang tak terlupakan di sini.
Karena saya menganggap kegiatan tanda tangan orang tua ini tidak penting penting amat, saya selalu memalsukan tanda tangan ibuk (duh..)
Sebenarnya ibuk bisa tanda tangan, namun ketika mau minta tanda tangan ibuk selalu masih asyik memasak atau mencuci piring. Oh ya saat itu saya masuk siang.
Akhirnya saya meniru apa yang dilakukan beberapa teman yaitu memalsukan ttd orang tua.
Beberapa kali saya selamat dalam artian Bu Kenes percaya bahwa itu tanda tangan orang tua saya.
Sesudah tiga bab berlalu, tiba-tiba ada bisikan kecil dalam hati saya. Masa sih saya harus bohong terus? Apapun alasannya memalsukan tanda tangan adalah perbuatan yang tidak benar. Ah, saya harus berubah, pikir saya.
Siang itu sebelum berangkat sekolah saya minta ttd pada ibuk sambil menyodorkan buku catatan bahasa daerah. Ibuk yang sedang mencuci piring segera mengelap tangan dan meraih bolpoin.
"Di sini, Nduk? " tanya ibuk sambil menunjuk tempat kosong.
Saya mengangguk.
"Tulisanmu apik ya.., " komentar ibuk. Mungkin karena tangan ibuk masih berair pas tanda tangan tiba-tiba bolpoin terjatuh dan menimbulkan sedikit coretan di buku.
"Wah.. Kecoret, " kata ibuk merasa bersalah.
"Tak apa Buk, cuma sedikit, " kata saya.
Sesudah ditandatangani buku segera masuk tas, salim dan berangkat sekolah.