Dalam minggu-minggu ini sekolah-sekolah baik SD, SMP maupun SMA sudah mulai memasuki kegiatan Penilaian Akhir Semester (PAS) gasal.
Agenda rutin yang dilaksanakan setiap setengah tahun ini bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap hasil pembelajaran siswa selama satu semester.
Berbeda dengan tahun kemarin dimana PAS dilaksanakan full daring, sekarang di banyak sekolah PAS dilaksanakan secara luring namun tetap dengan berbagai pembatasan.
Pertimbangan sekolah untuk melaksanakan PAS luring adalah untuk mendapatkan hasil penilaian yang lebih valid, juga penanaman pendidikan karakter lebih baik jika ditanamkan secara luring daripada daring.
Untuk mengurangi kerumunan yang terjadi, PAS dilakukan dalam dua shift. Shift pagi untuk seluruh kelas sembilan dan separuh kelas delapan sedangkan shift siang untuk separuh kelas delapan dan seluruh kelas tujuh
Pembagian menjadi dua shift ini mutlak dilakukan karena sekolah kami terdiri dari 27 rombongan belajar. Jika dilaksanakan sekaligus pasti akan sangat berisiko memasukkan sekitar 800 siswa.
Bagaimana reaksi siswa ketika mereka semua harus luring? Mereka tampak begitu antusias. Bisa dibayangkan. Biasanya mereka hanya bertemu dengan teman separuh kelas (karena yang separuh daring dari rumah), kini mereka bisa bertemu dengan teman sekelas meski dipisah dalam dua ruangan.
Dalam pelaksanaan PAS ini protokol kesehatan benar-benar hal yang wajib diperhatikan. Warga sekolah wajib memakai masker dan menjaga jarak, di setiap pintu masuk kelas ada hand sanitizer dan tissu, demikian pula pemeriksaan suhu badan dan cuci tangan harus dilakukan begitu masuk halaman sekolah.
Pemberlakuan dua pintu gerbang juga dilakukan. Pintu masuk dan keluar bagi siswa disendirikan untuk meminimalisir terjadinya kerumunan.
Bias kebahagiaan benar-benar tampak pada wajah siswa. Setelah setahun setengah lebih interaksi siswa benar-benar dibatasi kini terasa agak longgar. Di samping karena kondisi pandemi yang semakin membaik, hampir semua siswa dan guru sudah mendapatkan vaksin sehingga interaksi bisa dilakukan lebih 'berani'.
Akibatnya satu hal yang paling sulit dilakukan adalah jaga jarak. Beberapa kali satgas covid atau Bapak/Ibu guru yang lewat dan mendapatkan siswa berada pada jarak yang terlalu dekat dengan temannya langsung memberikan peringatan.
Apalagi saat jeda istirahat sekitar 15 menit. Siswa benar-benar memanfaatkannya untuk bertemu atau saling bicara dengan teman satu ruangan atau beda ruangan.
Inilah yang paling rentan dalam pelaksanaan prokes di sekolah.
Bisa dimaklumi, mereka rindu untuk kumpul-kumpul lagi seperti dulu. Tapi perlu diingat, kondisi belum aman. Apalagi munculnya varian baru dari virus corona yaitu omicron.
Omicron kini sudah terdeteksi di beberapa negara sejak pertama kali ditemukan di Afrika Selatan. Meski belum ada data yang menunjukkan varian ini masuk Indonesia, tapi penyebaran virus ini sudah sampai ke Singapura dan Malaysia.
Meskipun tingkat keparahan yang ditimbulkan oleh omicron dan kecepatan penularannya masih dalam penelitian, memperketat pelaksanaan prokes dan menguatkan kembali satgas covid di sekolah perlu untuk dilakukan.
Jangan sampai euforia berlebihan karena sudah bisa melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas dan PAS luring membuat kita lengah, hingga pada akhirnya kondisi kembali memburuk, dan pembelajaran daring harus dilaksanakan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H