Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Di Balik "Kegalakan" Seorang Guru

26 November 2021   12:02 Diperbarui: 26 November 2021   12:11 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Universitas Surabaya

Masa sekolah selalu menyimpan banyak cerita. Ketika sekolah pasti ada guru yang memberikan kesan pada diri kita. Misal karena keramahannya, kelembutannya, kedisiplinannya bahkan ke'galak'annya. Berikut adalah kisah tentang satu guru saya yang termasuk galak dan membuat takut pada kami para siswanya. Tapi ternyata di balik kegalakannya ada pelajaran berharga dan hikmah yang bisa dipetik di kemudian hari.

******.

Bel panjang berbunyi menunjukkan datangnya saat istirahat. Kami menghela napas lega. Selesai sudah dua jam pelajaran matematika.

Bu Milah menata buku- buku besar di hadapannya lalu memandang kami.
"Ya, siapkan! "
Tanpa senyum, selalu seperti itu.

Tanpa banyak kata ketua kelas memberikan komando dengan lantang, dan kami serempak mengikutinya.
Selesai mengucap salam, Bu Milah meninggalkan kelas, dan kamipun bertebaran ke luar kelas untuk memanfaatkan waktu istirahat yang hanya dua puluh menit.

Bu Milah adalah satu guru kami yang sangat disiplin. Tegas dalam menegakkan aturan dan tidak segan-segan menegur kami yang melanggar. Karena sikapnya yang seperti itu kami anak anak SMP menafsirkannya sebagai kereng, galak bahkan jahat.

Nomor kode Bu Milah adalah 13. Lengkap sudah. Angka menakutkan untuk guru galak, pikir kami saat itu.

Bu Milah selalu mendapat jam pertama di kelas kami. Mungkin karena beliau mengajar matematika jadi diletakkan di jam-jam awal saat pikiran masih segar.

Senin jam pertama sesudah upacara bendera adalah saat bertemu Bu Milah. Ya, karena beliau juga walikelas kami , saat itu juga dimanfaatkan untuk pembinaan wali kelas. Biasanya pembinaan berisi bagaimana belajar yang baik, mengatur waktu dengan benar dan yang paling banyak adalah tentang disiplin.

Bu Milah paling tidak suka jika kami datang terlambat, apapun alasannya. Juga pada siswa yang tidak masuk tanpa keterangan. Itu akan beliau usut sampai tuntas.

Pernah ada teman yang sedikit- sedikit tidak masuk sekolah. Melihat hal tersebut Bu Milah langsung melakukan home visit, dan hasilnya keesokan harinya teman saya langsung rajin masuk tiap hari. Tidak pernah membolos lagi sampai naik kelas dua.

Mulai dari hal yang paling kecil Bu Milah menerapkan aturan dalam kelasnya. Contohnya saat memulai pelajaran dimana pada mapel lain kami mengucap salam sambil duduk, di kelas matematika kami harus memberi salam sambil berdiri.

Saat itu Bu Milah akan berkeliling melihat kelengkapan seragam kami. Termasuk ikat pinggang , kaos kaki bahkan rambut. Apakah terlalu panjang untuk siswa putra atau tidak rapi untuk siswa putri. Jika semua sudah rapi baru memberikan salam dan pelajaran dimulai.

Masih tentang salam, saat mengucapkannya tidak boleh tolah-toleh. Jika ada yang seperti itu salam harus diulang.

Ada lagi satu aturan dalam pembelajaran matematika yaitu jangan sampai waktu diterangkan kita mainan bolpoin. Mungkin karena saat itu anak anak banyak yang suka mainan bolpoin. Maklumlah saat itu pilot cetetan adalah barang mewah.

Suatu ketika, saat Bu Milah menerangkan, ada seorang teman bermain bolpoin dengan cara dicetet-cetet. Beliau langsung berhenti dan bolpoin diminta, untuk selanjutnya dikembalikan lewat orang tuanya saat rapor semesteran.

Untuk melibatkan pengawasan orang tua dalam pembelajaran, Bu Milah selalu meminta kembali kertas ulangan yang sudah dibagikan dan harus sudah ditanda tangani orang tua. Apa akibatnya? Sebelum ulangan kami belajar sungguh-sungguh supaya bisa mengerjakannya dengan baik. Sebab jika hasil ulangan bagus tidak masalah.. Tapi kalau dapat jelek haduuuh. Takut sekali rasanya mau minta tanda tangan orang tua.

Tidak hanya ulangan yang ditandatangani, buku PR juga. Akibatnya dibandingkan buku pekerjaan mapel yang lain buku PR matematika kami paling lengkap dan rapi. Bagaimana tidak? Sebelum masuk tas harus ditandatangani bapak atau ibuk lebih dahulu. Malu kalau pekerjaannya acak -acakan.

Banyaknya aturan membuat kami takut  saat menjelang pembelajaran matematika. Tapi semua itu juga membuat kami lebih berhati-hati dan mengerjakan tugas sebaik-baiknya. Melihat Bu Milah tersenyum puas dengan pekerjaan kami adalah hal yang sangat membahagiakan.

Melalui aturan Bu Milah sebenarnya ada hal-hal baik yang bisa diambil, seperti menghargai orang lain, menghormati guru juga menjaga etika dan kerapian.

Satu hal yang sangat saya rasakan adalah karena takut dengan pelajaran Bu Milah, buku pekerjaan matematika saya jadi begitu lengkap dan rapi. Saya berani maju ke depan kelas hingga akhirnya teman- teman yang kurang paham banyak bertanya pada saya.Mungkin ini yang akhirnya menjadikan saya guru matematika sampai saat ini. He.. He..

Meskipun mengajar dengan metode seperti itu kurang relevan di masa sekarang, tapi saya yakin dibalik galaknya seorang guru ada banyak hikmah dan tujuan baik di dalamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun