Bulan November adalah bulan yang istimewa bagi para guru di Indonesia. Tiap tahun, ada satu hari khusus yaitu Hari Guru Nasional (HGN) yang diadakan tiap tanggal 25 November.Â
Jika di tahun-tahun sebelum pandemi peringatan HGN selalu ditandai dengan menyanyikan lagu Hymne Guru bersama-sama, di era pandemi ini tidak lagi. Kami akan memainkan instrument lagu Hymne Guru dengan menggunakan angklung.
Angklung? Alat musik satu ini memang mempunyai pesona tersendiri. Nada yang dihasilkannya merdu mendayu seperti irama air yang mengalir.
Dengan telaten  guru seni budaya kami memberikan arahan cara membunyikan angklung dengan menyesuaikan aba-aba yang diberikan.  Jujur, tiap ada pagelaran musik anak-anak di lapangan saat penyambutan tamu, saya selalu penasaran dengan gerakan tangan konduktor yang kelihatan begitu ritmis.  Dan semua itu baru saya pahami artinya hari ini.
Tentang Angklung
Angklung adalah alat musik asli Indonesia yang terbuat dari bambu. Cara membunyikan angklung adalah dengan digoyang-goyangkan. Angklung merupakan alat music aerophone yang artinya alat music yang menghasilkan bunyi dari getaran udara yang ada di dalam tabung bambu. Beberapa alat music aerophone yang lain misalnya seruling, terompet,harmonica dan recorder .
Angklung  berasal dari propinsi Jawa Barat. Kata angklung berasal dari bahasa Sunda angkleung-angkleungan.  Angkleung berasal dari dua kata yaitu angka yang berarti nada dan lung yang berarti pecah.
Sekitar abad ke-11 masyarakat Sunda yang agraris  percaya pada mitos Nyi Sri Pohaci sebagai Dewi Sri yang merupakan dewi kesuburan. Masyarakat Sunda  banyak menciptakan syair-syair yang dipersembahkan pada Dewi Sri agar dalam bercocok tanam selalu lancar dan tidak mendapatkan malapetaka. Dalam perkembangannya pembacaan syair-syair ini diiringi oleh alat musik sederhana dari bambu. Inilah yang dianggap sebagai cikal bakal kelahiran musik angklung
Angklung juga  dipakai sebagai alat untuk memanggil kegiatan upacara keagamaan sebagai pengganti genta yang digunakan oleh para pedanda, dan di masa perang Bubat angklung juga dipakai sebagai penyemangat para prajurit yang berangkat menuju medan laga.
Penggunaan angklung sebagai alat musik semakin meluas dan oleh UNESCO angklung ditetapkan sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Non-bendawi Manusia sejak November 2010.
Bermain Angklung