Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendukung Net Zero Emissions Melalui Program Adiwiyata Sekolah

21 Oktober 2021   14:16 Diperbarui: 21 Oktober 2021   14:19 1518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolam ikan dari limbah air wudhu, dokumentasi pribadi


Bumi kita satu..

Di sinilah rumahku juga rumahmu...

Siang itu di akhir sesi rapat dinas ada satu acara tambahan yaitu penjelasan tentang adiwiyata mandiri. Adiwiyata? Ya, kegiatan yang sempat terhenti selama pandemi kini mulai digalakkan lagi, dan sekolah kami bersiap-siap menuju adiwiyata mandiri.

Tentang Adiwiyata
Adiwiyata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu adi yang berarti besar, agung, baik, ideal atau sempurna dan wiyata yang berarti tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma dan etika.
Jadi adiwiyata mempunyai pengertian sebagai sebuah tempat yang baik serta juga ideal di mana di sana bisa diperoleh segala ilmu pengetahuan dan juga beragai norma dan etika.

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2013 gelar Sekolah Adiwiyata diberikan pada sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.
Jenjang atau jenis Penghargaan Adiwiyata yang dapat diterima oleh sekolah dengan tingkatan sebagai berikut :
a. Penghargaan Adiwiyata Kabupaten/Kota, penghargaan diberikan oleh Bupati/Walikota;
b. Penghargaan Adiwiyata Provinsi, penghargaan diberikan oleh Gubernur;
c. Penghargaan Adiwiyata Nasional, penghargaan diberikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
d. Penghargaan Adiwiyata Mandiri, khusus bagi sekolah yang memiliki minimal 10 sekolah binaan yang telah mendapatkan penghargaan Adiwiyata Kabupaten/Kota, penghargaan diberikan oleh Presiden.


Bapak guru bersama anggota pokja, dokumentasi pribadi
Bapak guru bersama anggota pokja, dokumentasi pribadi
Dalam  pelaksanaan program Adiwiyata Sekolah  dibentuk pokja-pokja (kelompok kerja) yang mempunyai ranah kerja yang berbeda-beda.  Ada lima belas pokja yang ada di sekolah kami, yaitu pokja:

1. Inovasi dan energi

2. Sanitasi
3. Biopori
4. Masjid
5. Aquaponik
6. Kompos
7. Pupuk cair
8. Kantin
9. Daur ulang
10. Hidroponik
11. Toga
12. Tanaman hias
13. Tanaman keras
14. Sanitasi
15. Bank sampah

Setiap pokja terdiri atas 40 sampai 50 siswa dengan dibina oleh 2 atau 3 bapak/ibu guru.

Sebelum pandemi setiap pokja memiliki tugas piket dan program kerja . Tugas pokja banyak dilakukan di akhir minggu (Jumat sore).

Sebagai contohnya pokja sampah bertugas memeriksa pemilahan sampah. Sampah daun akan diserahkan pada pokja kompos untuk dimasukkan dalam komposter sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.

Membuat pupuk kompos, dokumentasi SMP Negeri 3 Malang
Membuat pupuk kompos, dokumentasi SMP Negeri 3 Malang
Sampah yang masih bisa diolah seperti plastik, tutup botol dan botol plastik akan diserahkan pada pokja daur ulang yang akan menyulapnya menjadi barang-barang kerajinan juga ecobrick.  Sebagian sampah yang lain seperti kardus-kardus atau koran bekas akan diserahkan pada bank sampah.

Busana dari kresek kreasi siswa, dokumentasi pribadi
Busana dari kresek kreasi siswa, dokumentasi pribadi
Pokja inovasi dan energi bertugas melakukan inovasi dan melakukan kampanye penghematan energi di sekolah.Salah satu inovasi yang dilakukan siswa dengan dibantu alumni adalah pemanfaatan limbah air wudhu untuk kolam ikan. Buangan air wudhu tidak dibuang begitu saja, namun 'diputar' lagi untuk kolam ikan yang berada di sekitar gazebo.

Suara gemericik air kolam juga ikan yang menari-nari sungguh membuat suasana terasa demikian segar dan menyenangkan. Di atas kolam ini siswa juga bisa melakukan kegiatan bertanam sayuran dengan metode aquaponik.

Kolam ikan dari limbah air wudhu, dokumentasi pribadi
Kolam ikan dari limbah air wudhu, dokumentasi pribadi
Inovasi lainnya adalah pembuatan pupuk cair dari leri. Leri adalah air cucian beras yang biasanya dibuang begitu saja. Dengan bersinergi dengan pokja pupuk cair leri bisa diolah menjadi pupuk cair yang bermanfaat bagi tanaman.

Hasil produksi pupuk cair ini beberapa dijual pada orang tua wali murid saat penerimaan rapor semester.

Lahan yang ada di sekolah dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan dari lahan yang tidak terlalu luas di dekat ruang guru ditanami dengan tanaman toga. Tanaman toga yang bermacam-macam bisa menjadi wahana belajar bagi siswa tentang berbagai ciri, manfaat tanaman toga sehingga pada akhirnya siswa akan mencintai tanaman toga.

Berbagai tanaman hijau, dokumentasi pribadi
Berbagai tanaman hijau, dokumentasi pribadi
Pokja masjid bertugas menjaga kebersihan masjid dan sekitarnya, pokja tanaman hias dan tanaman keras bertugas mendata tanaman yang ada di lingkungan sekolah dan melakukan pemeliharaannya.Pendek kata semua pokja bersinergi guna menciptakan suasana sekolah yang sehat, asri dan menyenangkan dan menciptakan kesadaran untuk memelihara lingkungan pada semua warganya.

Adiwiyata dan Net Zero Emissions (NZE)

NZE adalah harapan bersama dimana emisi karbon bisa ditekan sepenuhnya dengan menggunakan berbagai teknologi sehingga tidak menimbulkan pemanasan global.

NZE mulai didengungkan sejak Committee on Parties (COP) 21 di Paris yang menghasilkan sebuah kesepakatan  yang mewajibkan setiap negara menyampaikan target penurunan emisinya dan mulai dilaksanakan pada tahun 2020.

Emisi karbon adalah satu penyumbang terbesar pencemaran udara di atas bumi ini. Emisi karbon diperoleh dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon. Contohnya CO2 dan gas pembuangan dari pembakaran berbagai bahan bakar yang mengandung hidrokarbon seperti bensin, solar dan lainnya.Selain berdampak buruk bagi kesehatan emisi karbon yang berkepanjangan dapat memberikan akibat yang luas seperti banjir, perubahan iklim, meningkatnya suhu bumi dan mengakibatkan pemanasan global yang dapat merusak keseimbangan ekosistem.

Emisi karbon, sumber gambar: Unair News 
Emisi karbon, sumber gambar: Unair News 
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia sangat berperan terhadap terjadinya ketidak seimbangan dalam alam. Perilaku manusia yang kurang bijak seperti membuang sampah sembarangan, menebangi pohon, menggunakan bahan-bahan yang kurang ramah lingkungan, melakukan pemborosan energi dan air, membuat keseimbangan alam semakin terganggu dan akhirnya memberikan dampak buruk pada manusia itu sendiri.

Melalui gerakan adiwiyata siswa diajak belajar untuk menjadi manusia yang bijak, yang berwawasan lingkungan sehingga sadar akan pentingnya menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan. Melalui gerakan ini pula siswa langsung diajak praktek bagaimana cara melakukan pelestarian lingkungan, tidak hanya sekedar teori saja.

Tentunya bukan hal yang mudah mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatan masing-masing pokja sesudah vakum selama lebih kurang satu setengah tahun. Tapi paling tidak tetap harus ditanamkan pada diri siswa kesadaran untuk selalu menjaga kelestarian lingkungan. 

Kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan mutlak dilaksanakan saat ini demi nyamannya tempat tinggal kita, bumi tercinta. Karena jika bumi sudah rusak dan tidak menyenangkan untuk ditinggali, ke mana lagi kita akan pergi?

Salam lestari:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun