Mentari pagi menyapa dengan sinarnya yang lembut dan hangat. Dengan rapi siswa kelas 7 berbaris di halaman samping Museum Brawijaya. Baju batik yang dikenakan membuat wajah-wajah mereka tampak demikian ceria.Â
Sesuai yang direncanakan hari itu anak-anak akan belajar di luar sekolah tepatnya di Museum Brawijaya.
Kegiatan mengunjungi Museum Brawijaya ini adalah salah satu kegiatan rutin siswa tiap akhir semester yaitu Outdoor Learning (ODL).
ODL, sesuai namanya adalah kegiatan untuk mengajak siswa belajar di luar sekolah. Ya, belajar tidak harus di sekolah saja. Karena hakekatnya lingkungan kita adalah sumber belajar yang tak ada habisnya.
Sasaran kunjungan ODL bisa bermacam-macam. Kebun Raya Purwodadi, Eco Greenpark, sentra pembuatan batik Malangan, industri keramik Dinoyo dan Museum Brawijaya.Â
Di tempat-tempat itu siswa bisa banyak belajar tentang cinta pada lingkungan, pembuatan barang dan khususnya untuk ke Museum adalah mengajak siswa untuk lebih memahami sejarah bangsa dan menanamkan rasa cinta tanah air dalam hati mereka.Â
Tentang Museum Brawijaya
Museum yang terletak di Jalan Ijen kota Malang ini mulai dibangun tahun 1967 dan selesai tahun 1968. Sejak masuk suasana militer sudah dapat kita rasakan di sini. Kita akan disambut dengan beberapa senjata di halaman depannya yaitu:
1. Tank Amfibi AM Track (LVT)
Tank ini pernah digunakan oleh Belanda pada perang Kemerdekaan I dan mendapat perlawanan sengit dari para pelajar dalam pertempuran di jalan Salak dan sekitar pacuan kuda.
Ada 35 pelajar yang gugur di sini, dan selanjutnya dimakamkan di dalam kuburan massal sebelah utara ujung timur Jalan Salak. Tempat ini sekarang dikenal sebagai Taman Makam Pahlawan TRIP Malang.
2. Meriam Si Buang
Meriam ini dirampas dari Belanda dalam serangan 10 Desember 1945 yang dilancarkan pasukan TKR dan para laskar pejuang.
Dalam pertempuran sengit tersebut, gugur seorang prajurit TKR bernama Kopral Buang. Untuk mengenang jasa beliau, meriam tersebut dinamakan meriam Si Buang.
3. Tank buatan Jepang hasil rampasan arek-arek Suroboyo pada bulan Oktober 1945.
Selanjutnya oleh rakyat Surabaya tank tersebut dipakai untuk melawan sekutu dalam perang 10 November 1945.
4. Senjata Penangkis Serangan Udara
Senjata ini direbut oleh pemuda BKR dari tentara Jepang dalam suatu pertempuran pada bulan September 1945.
5. Patung Jendral Sudirman yang dimaksudkan untuk mengenang jasa jasa Jenderal Sudirman.
Dari pintu gerbang kita akan memasuki lobi. Di sana kita disambut oleh relief yang menunjukkan kekuasaan wilayah Majapahit.
Ada gambar relief perahu yang menunjukkan bahwa Majapahit, kerajaan yang pernah berhasil mempersatukan Nusantara itu, memiliki armada laut yang kuat.
Relief lain menunjukkan daerah-daerah tugas yang pernah dijalani oleh pasukan Brawijaya dalam rangka menegakkan kemerdekaan, juga relief lambing-lambang kodam di seluruh Indonesia.Â
Di samping benda-benda koleksi yang tersimpan di ruang koleksi I dan II, di halaman tengah museum terdapat koleksi benda yang sangat menarik yaitu gerbong maut dan perahu segigir.Â
Dinamakan gerbong maut karena gerbong ini menelan banyak korban. Gerbong ini adalah satu dari tiga gerbong yang digunakan militer Belanda untuk mengangkut 100 tahanan pejuang republik dari penjara Bondowoso menuju penjara Bubutan, Surabaya pada tahun 1947.
Satu gerbong diisi dengan 30 tahanan dengan ventilasi yang sangat kurang. Teriakan panas dan kehausan tidak dihiraukan oleh militer Belanda.
Akibatnya, dari 100 orang tahanan, 46 orang di antaranya meninggal dunia. 11 orang sakit parah, 31 orang sakit, dan 12 orang dalam kondisi sehat.
Sedangkan perahu segigir adalah perahu yang digunakan oleh Letkol Chandra Hasan dalam memimpin pasukannya melawan Belanda.
Chandra Hasan adalah Komandan Resimen Joko Tole dan saat hendak memindahkan pasukannya dari pulau Madura ke Paiton Probolinggo perahunya karam karena ditembak oleh pesawat udara sekutu.
Dalam ODL ke museum Brawijaya ini biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak. Lokasinya mudah dijangkau dan tiket masuknya murah pula. Guide yang ramah dan pandai bercerita membuat anak anak bersemangat dalam belajar dan menjelajahi bagian-bagian museum.Â
Tentunya pada siswa tetap ditekankan perlunya menjaga kebersihan dan tidak melakukan hal hal yang tidak diperbolehkan misal mencoret-coret atau merusak benda di museum.Â
Adalah hal yang sangat membanggakan melihat siswa begitu antusias mempelajari sejarah perjuangan para pahlawan bangsa. Sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya.
Salam edukasi.
Sumber bacaan:Â
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Brawijaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H