Bambang Gentolet dengan gayanya yang 'lholak-lholok' (seperti orang bodoh), Didik Mangkuprojo yang sok ilmiah, Asmuni dan Tarzan yang sok bijaksana , Isye yang genit dan menggemaskan dan Tessy yang wow, sungguh merupakan perpaduan yang memberikan hiburan hampir di setiap akhir pekan.
Selain masalah-masalah dalam rumah tangga, Srimulat juga pernah mengangkat kisah horor. Yang paling saya ingat ada satu episode horor yang berjudul Suntikan Darah Drakula dengan pemeran utamanya Paimo.
Saat menonton acara tersebut kami anak-anak kecil sampai menjerit-jerit ketakutan tapi sambil tertawa terpingkal-pingkal.Â
Bisa ditebak esok harinya cerita horror tersebut menjadi bahan pembicaraan yang ramai di sekolah. Saat itu stasiun TV cuma satu, sehingga kami pasti menonton di channel yang sama yaitu TVRI.
Di televisi biasanya acara Srimulat tampil sendiri, atau sering juga disisipkan dalam acara Galarama. Acara hiburan musik dari TVRI Surabaya saat itu.
Ada masanya dimana Srimulat mengalami pasang surut. Namun sejak pentas kembali di sebuah stasiun televisi swasta Srimulat kembali lagi pada kejayaannya.
Beberapa pemain Srimulat bahkan ada yang menjadi selebriti. Sebutlah Nunung, Gepeng, Kadir, Doyok, Basuki juga Thukul.
Proses regenerasi dalam Srimulat berjalan terus. Seiring berjalannya waktu pelawak yang lama satu demi satu mulai pensiun. Entah karena sudah tua atau meninggal dan digantikan oleh pelawak-pelawak baru yang tak kalah lucunya.
Berbeda dengan lawakan stand up komedi lawakan Srimulat mengandalkan kerjasama antar pemain di dalamnya. Saling memberi umpan adalah cara untuk menciptakan dialog-dialog lucu di dalamnya.
Karena itu tak heran jika pemain Srimulat tampil solo tidak akan selucu saat tampil bersama. Sebab kekuatan grup ini adalah pada kebersamaan yang bisa saling melengkapi.
Ya, Srimulat adalah sebuah contoh dimana melawak dalam sebuah grup tidak hanya sekedar melucu, tapi juga memerlukan kerjasama dengan tetap mempertahankan kekuatan karakter masing-masing personilnya.