Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Soto Kenangan

20 September 2021   21:32 Diperbarui: 20 September 2021   22:01 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soto ayam, Sumber gambar: Kompas.com

"Yang dulu sering digendong itu sekarang di mana Bu?" Pak Rusdi bertanya sambil terus meracik soto. Memasukkan sohun,  kol,  suwiran ayam, irisan telor terakhir daun seledri dan brambang goreng ke dalam plastik.

"Wah,  sudah kuliah Pak,  " jawab saya.

"Kuliah ya? Cepat sekali ya?"

Saya tertawa. Ya,  betapa cepatnya waktu berlalu. 

Pak Rusdi adalah penjual soto langganan saya sejak lama.  Tepatnya sejak anak saya yang pertama masih berumur satu tahun. Setiap pagi saya membeli soto Pak Rusdi sambil menggendong anak saya dengan menggunakan selendang.

Saking rajinnya membeli soto , Pak Rusdi kenal dengan keempat anak saya.  Demikian juga anak anak saya.  Tiap bertemu selalu menyapa Pak Rusdi.

Berawal dari rumahnya yang berada di gang sempit, Pak Rusdi berjualan soto. Tiap pagi ibu-ibu atau anak-anak yang mau berangkat sekolah banyak yang antri di sana dengan membawa mangkok atau rantang. 

Jika pembeli di rumah sudah dilayani semua Pak Rusdi menjajakan sotonya dengan gerobak di kisaran pasar Bareng. 

Kegigihan perjuangan Pak Rusdi akhirnya membuahkan hasil. Pak Rusdi bisa mempunyai rumah dan sebuah kios di pasar yang digunakan untuk warung soto.

Tiap hari dengan ditemani istrinya Pak Rusdi stand by di warung mulai pukul tujuh hingga habis.  Kadang sampai pukul dua siang,  tapi sering juga saat Duhur saya sudah tidak kebagian soto.

Pak Rusdi mematok harga yang murah untuk sotonya.  Dulu saya masih selalu membeli dengan harga Rp 3000,00 perporsi dan yang terakhir iniRp 11.000,00 rupiah perporsi.

Pendeknya dengan uang tiga belas ribu rupiah kita sudah bisa mendapatkan semangkuk nasi soto yang lezat ditambah teh yang hangat dan wangi.  Benar-benar harga yang sangat bersahabat.

Yang khas dari soto Pak Rusdi adalah kuahnya yang bening,  tidak banyak lemak,  tapi banyak kol dan sohunnya.  Meski suwiran daging ayam tidak terlalu banyak tapi kehadiran telor rebus membuat sajian soto semakin mantap. Ditambah dengan kerupuk,  sambal dan kecap yang tersaji di meja.

 Pelayanannya yang ramah membuat para pelanggan senang dan selalu ingin kembali. 

Saya namakan soto ini soto kenangan.  Entah apa penyebabnya ,rasa  soto Pak Rusdi sangat berbeda dengan yang lain.  Begitu dibuka aroma yang menebar  membawa saya ke kenangan masa lalu saat anak- anak masih kecil. 

Anak anak saya juga,  saat liburan semester dan mereka berkumpul di rumah saya selalu membeli soto ini untuk dimakan bersama di rumah. Begitu makan mereka langsung berkomentar,  "Eling zaman cilik ya.., "

Tahun demi tahun berlalu,  kami tetap menjadi pelanggan setia Pak Rusdi.  Namun saat pandemi saya jarang membeli soto karena lebih banyak masak di rumah.  Anak anak semua ada di rumah jadi yang paling hemat ya masak sendiri.

Ketika PPKM level 4 saya semakin jarang ke pasar.  Tugas berbelanja lebih sering dilakukan anak saya yang terkecil.

Saat itu kondisi pasar juga sepi sehingga soto Pak Rusdi lebih sering tutup.

Hari- hari PPKM saat itu begitu mencekam.  Berita lelayu bergantian dari langgar -langgar di kampung .  Hingga pagi itu datang berita yang sangat mengagetkan.

"Buk,  Pak Rusdi sedo," kata anak saya. 

"Pak Rusdi soto? " tanya saya tak percaya.  Anak saya mengangguk.  Berita tersebut baru diterima dari grup whatsappnya. 

"Covid,  Le? "

"Mboten semerap, "

Sungguh, ada yang terasa hilang dalam hati saya.

Hingga kini tiap pagi saya selalu melewati warung Pak Rusdi yang sekarang selalu tutup. Tulisan "Soto Ayam Bareng" masih terpampang  di sana.

Ah, aroma soto, senyum ramah, dan sapaan Pak Rusdi kini benar-benar tinggal kenangan.

Arti istilah:

Sedo   : meninggal

Mboten semerap : tidak tahu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun