Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menelusuri Jejak Perjuangan RM Tirto Adhi Soerjo Melalui Buku Tetralogi Pulau Buru

23 Juli 2021   12:08 Diperbarui: 23 Juli 2021   14:20 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetralogi Pulau Buru, Sumber gambar:  Lentera Dipantara 

Tirto Adhi Soerjo lahir sebagai Raden Mas Djokomono di Blora, Jawa Tengah pada tahun 1880 dan meninggal di Batavia pada tanggal 7 Desember 1918 . Beliau adalah seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia, dikenal juga sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia. Nama Tirto Adhi Soerjo sering disingkat dengan TAS.

TAS adalah orang pertama yang menggunakan surat kabar sebagai alat propaganda dan pembentuk pendapat umum. Tulisannya tajam berisi kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda pada masa itu. Karena dianggap berbahaya, di akhir hayat beliau ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera (Provinsi Maluku Utara). Setelah selesai masa pembuangannya,TAS kembali ke Batavia, dan meninggal dunia pada 7 Desember 1918.

TAS aktif dalam organisasi kebangsaan. Tahun 1906 mendirikan Sarekat Prijaji, tahun 1908 tercatat sebagai anggota Budi Utomo dan 1909 menggagas pendirian Sarekat Dagang Islam di Bogor dan Batavia.

Untuk menghargai jasa-jasa beliau, pemerintah RI mengukuhkan Tirto Adhi Soerjo sebagai Bapak Pers Nasional(1973), dan tahun 2006  ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Perjalanan Hidup Tirto Adhi Soerjo dan Buku Tetralogi Pulau Buru

Tetralogi Pulau Buru, Sumber gambar:  Lentera Dipantara 
Tetralogi Pulau Buru, Sumber gambar:  Lentera Dipantara 
Tetralogi Pulau Buru terdiri atas empat buku yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca. Buku yang berlatar Hindia Belanda di awal akhir abad 19 awal 20 ini menggambarkan betapa terpuruknya kehidupan pribumi di masa penjajahan Belanda.

Dalam tetralogi ini tampak sekali pergolakan batin masing-masing tokoh terutama TAS yang dalam buku ini ditokohkan sebagai Minke.

1. Bumi Manusia

Minke adalah panggilan ejekan dari kata monkey atau monyet. Saat itu Minke yang bersekolah di sekolah Belanda selalu diejek karena dia orang pribumi dan mempunyai kulit yang lebih gelap.

Minke adalah putra pribumi yang cerdas dan pandai menulis, yang karyanya banyak dipublikasikan di koran. Dalam Bumi Manusia digambarkan karakter Minke sebagai pemuda yang revolusioner kerap menantang ketidakadilan terhadap bangsanya.

Pertemuan Minke dengan Nyai Ontosoroh membuat kesadarannya untuk menegakkan keadilan semakin kuat, karena Nyai Ontosoroh selalu menanamkan dalam dirinya tentang perlunya menegakkan keadilan.

Akhirnya Minke berkenalan dan menikah dengan anak Nyai Ontosoroh yang bernama Annelies Mellema. Annelies adalah anak kedua dari Nyai Ontosoroh dan Herman Mellema.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun