Tahun pelajaran 2021/2022 sudah dimulai, semangat belajar perlu ditata lagi. Meski kemarin kami semua sudah berharap pembelajaran tatap muka dimulai. Tapi karena pandemi semakin menjadi, akhirnya pembelajaran dilaksanakan daring lagi. Tak apalah. Bagaimanapun kondisinya proses pembelajaran harus tetap dilakukan.Â
Dulu, hari pertama masuk sekolah selalu ditandai dengan macetnya jalanan, banyak anak memakai atribut-atribut tertentu untuk Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), kini sekarang tidak ada lagi dan semua keramaian berpindah ke dunia maya.
MPLS, pembinaan oleh wali kelas baru, pembinaan karakter, gebyar seni semua dilaksanakan secara daring. Betapa riuh rendahnya dunia maya saat ini.Â
Kegiatan awal tahun di sekolah saya terbagi menjadi dua. Pertama adalah MPLS yang diikuti oleh seluruh siswa kelas 7 dan yang kedua adalah kegiatan pembinaan kelas 8 dan 9.
Kegiatan MPLS kelas 7 biasanya diisi dengan perkenalan dengan siswa baru, pengenalan tata tertib dan pembelajaran di sekolah, wawasan wiyata mandala, dan juga gebyar seni.Â
Berbeda dengan kelas 7, kegiatan kelas 8 dan 9 berisikan pendidikan karakter, pembinaan dan perkenalan dengan wali kelas baru, motivasi belajar, dan ada juga lomba membuat desain batik sekolah. Semua kegiatan dilakukan serempak mulai hari Senin hingga Rabu dari pukul 08.00 sampai pukul 12.00 yang dilaksanakan secara daring.
Ribet? Tentu saja, tapi untuk belajar kita harus berani berani bersusah-susah. Karena seperti kata Imam Syafii, "Barang siapa tidak tahan dengan lelahnya belajar, maka ia harus tahan dengan pedihnya kebodohan".
Banyak hal yang sudah dipelajari selama pembelajaran daring satu tahun kemarin dan itu semua masih bisa diterapkan untuk perbaikan pembelajaran daring di tahun pelajaran ini. Berikut di antaranya:
Pertama, perlunya penyederhaaan penugasan pada siswa, misal dengan melakukan kolaborasi antar mapel. Banyak orang tua mengeluhakan tugas terlalu banyak sehingga siswa kewalahan terutama di akhir semester.
Kedua, perlunya meningkatkan disiplin dan karakter baik pada siswa. Hal ini sangat memerlukan kerja sama dan dukungan dari orang tua.
Ketiga, lebih memahami siswa, baik kemampuannya maupun latar belakang ekonominya. Dalam hal ini peran BK sangat diperlukan. Sebab dengan pemahaman yang baik pada kondisi siswa, guru tidak akan mudah men-judge siswa sebagai anak malas, tidak tertib atau seenaknya sendiri jika tidak masuk dalam pembelajaran, karena tentunya banyak faktor yang menjadikan siswa seperti itu.
Keempat, lebih rajin menyapa siswa terutama yang bermasalah.Â