"Lha  bapak-bapak banyak yang suka, "jawabnya.Â
Sampai sekarangpun jika ada pertandingan Inter dia selalu menyempatkan diri untuk menonton . Â Jika pagi hari ia kelihatan ceria bisa ditebak, semalam Inter pasti menang. Â Tapi kalau lemes tidak bangun-bangun. Â Ah... Â Mesti kalah ini...
Hari yang menggembirakan adalah ketika Inter juara Liga Italia beberapa minggu yang lalu.
Pagi-pagi saya menyapa anak saya, Â "Inter juara ya? "
"Iya Buk, " katanya senang.Â
Habis sholat Subuh percakapan kami lanjutkan lagi. Â "Ibuk tahu kapan terakhir Inter juara? " tanya anak saya.
Saya menggeleng. Â Yah, Â mana saya tahu?
"Tahun 2010.., aku nonton sama Bapak saat itu..sueneng sekali, " tambahnya.
Hmm, Â betapa cepatnya waktu berlalu. Â Berarti ia masih kecil saat itu.Â
Bagaimana dengan piala Eropa ini?Â
Berkaca dari pengalaman masa kecil keduanya, Â tebakan saya mereka sama-sama mendukung Italia. Tapi tidak tahu lagi kalau tebakan saya salah. Karena saat mereka bicara tentang bola, saya juga tidak begitu memahaminya.
Gempita sepak bola selalu menimbulkan nuansa tertentu. Bahkan gemerisik suara penontonnya selalu membuat saya teringat masa lalu. Yang terbayang dalam benak saya setiap melihat sepak bola adalah dua anak kecil dan bapaknya yang sedang khusyuk di depan televisi melihat aksi para pemain bola.Â