Pak Zainul benar-benar curiga.  Istrinya tidak pernah sakit seperti  ini.  Kalaupun sakit perut biasanya cukup dibelikan obat di warung.Â
Satu atau dua kali minum sudah reda. Â Tapi ini? Â Sudah tiga kali minum belum ada kemajuan. Â Malah semakin sering ke belakang.Â
"Apa perlu dibawa ke UGD ya,  Pak? " tanya Zahra  khawatir. Zahra anak Pak Zainul satu-satunya dan sekarang masih kelas dua SMA.
"Gak usah, Â nanti "dicovidkan" tambah tidak karuan.., " jawab Pak Zainul jengkel.
Banyak berita miring tentang  RS akhir- akhir ini.  Tiap pasien yang masuk RS akan dicovidkan. Hhh..  Amit-amit... Jangan sampai bersentuhan dengan RS di zaman ini.
"Pak, antar aku ke dokter..., " suara lemah istrinya langsung membuyarkan lamunan Pak Zainul.
Pak Zainul langsung mendekati istrinya.Â
"Tidak ada dokter praktek  Bu..  , Semua dokter tidak melayani pasien di rumah, " jawab Pak Zainul lembut.
"Obatnya sudah diminum? " tanya Pak Zainul lagi. Â Istrinya hanya mengangguk lemah. Â Di dekat gelas air putih tergeletak obat sakit perut yang tinggal satu butir dari jumlah awalnya empat butir.Â
Bungkusan oralit juga tinggal dua, Â berarti yang dua sudah diminum istrinya.
"Rasanya bagaimanana? " Pak Zainul memandang istrinya khawatir.