Bu Farah menggeleng-gelengkan kepala.Pesan dari walikelas anaknya pagi ini membuatnya resah. Â Azzam, Â anaknya yang duduk di kelas 8 belum mengumpulkan video penjas, Â mengerjakan beberapa tugas matematika, IPA dan IPS. Â
Duh, banyak sekali... Â sampai kapan sekolah model seperti ini dijalankan. Â Menurut perasaannya ia sudah banyak mendampingi Azzam mengerjakan tugas pun mengirimkannya. Â Tapi kenapa tagihan di akhir semester selalu menumpuk?
Menjelang kenaikan kelas suasana diskusi di  ruang guru selalu lebih hangat.  Dari tahun ke tahun masalahnya tetap.  Tentang tugas anak-anak yang kurang  lengkap.Â
Untuk tahun ini masalah tugas yang kurang lengkap semakin banyak , juga banyak  nilai yang begitu ekstrim rendahnya .  Bayangkan nilai ulangan atau tugas banyak  yang mendapat nilai kepala lima,  empat bahkan tiga.  Benar- benar memprihatinkan..
Berbagai diklat sudah diikuti dan dipraktekkan  guru untuk bisa menyampaikan materi dengan baik.  Konten sudah diturunkan,  mengapa  hasilnya mengecewakan?
Semua saling menyalahkan. Guru selalu menyalahkan siswa yang malas masuk pembelajaran yang berakibat mengabaikan tugas. Orang tua mengeluh guru terlalu banyak memberikan tugas dan siswa mendapat teguran dari orang tua dan guru. Â
Siswa yang paling mengenaskan. Â Mereka berada dalam posisi yang tidak menyenangkan. Â Mau mengerjakan tugas, Â sudah terlanjur menumpuk. Apalagi tugas bukan hanya dari satu mapel (SMP ada 11 mapel). Â Sementara kemarahan dan teguran datang bertubi tubi baik dari orang tua atau guru.
Bosan dan stress. Â Menurut pengamatan saya sebenarnya itulah yang terjadi. Dan masalah utamanya adalah tugas , tugas dan tugas. Â Bisa dibayangkan kalau satu mapel rata rata memberikan 3 tugas dan tiga UH, Â maka banyak tugas dan UH keseluruhan adalah 33 tugas dan 33 UH. Â Tanpa manajemen waktu yang baik tentunya siswa akan kewalahan di akhir semester.
Ada satu trik pemberian tugas yang barangkali bisa dilakukan guru agar tugas siswa tidak menumpuk. Kolaborasi antar mapel. Ya, dalam satu tugas ada nilai dari beberapa mapel yang bisa diambil.Â
Hal ini pernah saya lakukan waktu sebelum pandemi (luring). Â Tapi sebenarnya bisa juga dilaksanakan secara daring. Â Saat itu saya bekerja sama dengan guru IPS. Â
Kebetulan matematika sampai di bab aritmetika sosial dan guru IPS sampai di bab produksi, Â konsumsi dan distribusi. Â Dari tugas yang diberikan, saya mengambil nilai bagaimana siswa membuat laporan untuk harga beli, Â harga jual, dan prosentase untung atau rugi dari produk yang dibuat.
Sementara guru IPS mengambil nilai dari bagaimana cara memproduksi, Â mendistribusikan dan mengkonsumsi produk siswa. Â Laporan cukup satu, Â dikerjakan berkelompok dan dari satu laporan kami mendapat dua nilai mapel.
Berikut adalah contoh soal lain yang merupakan  kolaborasi antara matematika (statistika) dan penjas (kesehatan)  :
Menurut pendapatmu apakah yang menyebabkan kenaikan itu? Â Berikan saran agar jumlah penderita covid tidak terus mengalami peningkatan. Â
Dari soal tersebut siswa sudah bisa mendapatkan dua nilai, dari mapel matematika tentang membaca grafik  dan pendidikan jasmani  tentang masalah kesehatan.
Dengan melihat Kompetensi Dasar  yang sesuai kita bisa membuat kolaborasi antara dua atau tiga mapel.  Tantangannya  adalah guru  harus pandai-pandai merancang tugas tersebut sehingga tidak memberatkan namun tetap bermakna.Â
Memberikan tugas dengan kolaborasi antar mapel memberikan beberapa keuntungan, di antaranya:
1. Meringankan tugas siswa. Â Siswa hanya perlu mengerjakan satu tugas untuk beberapa mapel. Â Jika siswa tidak terlalu banyak tugas orang tuapun tidak terlalu stress untuk selalu 'opyak-opyak' supaya anak mengerjakan tugas.
2. Mengurangi resiko ketidakjujuran mengerjakan tugas. Â Dengan tugas seperti di atas siswa dibebaskan untuk mengakses pengetahuan dari mana saja untuk menyelesaikan tugasnya. Bahkan boleh bertanya pada siapa saja.
3. Guru bisa merancang tugas yang lebih bermakna pada siswa. Tugas yang langsung menyentuh kehidupan siswa.  Jadi  bisa terasa manfaatnya bagi keseharian siswa.
4. Pada akhirnya tugas yang diberikan pada siswa adalah tugas proyek.  Melalui tugas proyek ini siswa bisa belajar untuk bekerja sama dan bertanggung jawab.  Mereka bisa  saling mengingatkan dan memberi masukan untuk kesempurnaan tugas  sehingga bisa mendongkrak perolehan nilai siswa. Di samping itu  tugas guru untuk mengingatkan siswa agak berkurang karena cukup mengingatkan lewat ketua kelompok saja.Â
Demikian sedikit  tulisan saya tentang trik pemberian tugas pada siswa di era pandemi ini.  Pandemi  memaksa kita melakukan banyak perubahan.  Baik cara belajar, mengajar maupun pemberian tugas .
Harapannya dengan kolaborasi antar mapel  setidaknya rasa stress tiap akhir semester baik dari guru,  orang tua maupun siswa akibat tugas yang menumpuk bisa agak terkurangi. Â
Namun perlu digarisbawahi,  usaha guru mengurangi beban tugas dengan melakukan kolaborasi antar mapel tetap harus didukung dengan manajemen waktu belajar yang baik dari siswa  dan pengawasan orang tua.
Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI