Beberapa hari yang lalu anak saya menunjukkan tiktok dari Jerome Polin. Jerome Polin, adalah seorang youtuber dan selebriti internet yang banyak dikenal setelah memulai kanal you tube bernama Nihongo Mantappu yang membagikan kehidupan pribadinya di Jepang. Ia sering membuat vlog cara belajar bahasa Jepang, matematika, dan kesehariannya di Jepang
Tiktok berkonten matematika ini sangat menarik. Intinya cara mencari hasil dari 16-9. Jika kita biasa memakai pengurangan biasa yaitu 16-9=7, Jerome tidak. Ia mengubah 16-9 menjadi 4^2-3^2, lalu difaktorkan menjadi (4+3)(4-3) = 7.1 = 7.
Aha, hasil sama, tapi dengan cara yang berbeda. Betapa matematika mengajarkan pada kita bahwa masalah bisa diselesaikan dengan cara yang berbeda. Secara tidak langsung matematika juga mengajarkan toleransi. Hargai perbedaan, karena berbeda dengan kita tidak berarti salah.
Apa reaksi anak-anak saya melihat tiktok tersebut? Jelas mereka tertawa. Soal yang demikian simpel kok jadi begitu kompleks penyelesaiannya.
"Matematika mengajarkan, jika sesuatu bisa dibuat sulit kenapa harus dibuat mudah?" komentar anak saya. Saya juga tertawa. Lucu juga sih. Tapi ya apa memang matematika mengajarkan begitu?
Sebagai penggemar dan pengajar matematika jelas saya tidak setuju dengan pendapat itu.
Saya pernah ditanya oleh siswa, "Bu, apa guna belajar aljabar? "
"Oh, itu untuk menyelesaikan masalah yang sulit supaya jadi lebih mudah," jawab saya.
"Menurut saya kok tambah ruwet ya? "jawab siswa lagi.
Saya tertawa. Ya, aljabar berguna untuk memudahkan masalah yang sulit. Tentu saja kalau bisa menggunakannya. Kalau tidak? Jadi tidak karuan.