Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Usai Penjurusan Geng Kami Bubar

2 Mei 2021   08:52 Diperbarui: 2 Mei 2021   08:51 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Cikimm.com

Mendapat nilai bagus ternyata menyisakan masalah tersendiri.   Kebetulan ulangan biologi kali ini keempat temanku mendapat nilai kepala empat. Nah,  untuk mendongkrak nilai biologi semua sepakat untuk mencontoh jawabanku di ulangan berikutnya.

Aku merasa keberatan.  Benar,  bukan karena pelit.  Tapi aku merasa nilai kemarin itu hanya kebetulan.  Mungkin malaikat sedang menuntun bolpoinku sehingga aku bisa memilih jawaban yang benar.

"Hmmm,  gaya...,  ayo jangan pelit! " komentar teman-teman melihat penolakanku. Diserang banyak orang,terutama Agus yang jago ngomong akhirnya aku tak berdaya.

"Ya wes,  terserah..  Kalau jelek jangan salahkan aku lho ya.., " kataku kemudian.

"Halaah...  Apik wes pokok e, " jawab teman- temanku.

Pak guru biologi masuk kelas dengan membawa stensilan soal.  Sesuai rencana aku duduk di posisi tengah. Agus di sebelahku, yang lain di belakangku. Agus yang menjadi'motor' kerjasama hari itu.  Secara berkala Agus akan menggoyangkan bangkuku dengan kakinya.  Aku miring sedikit, Agus menyalin jawabanku,  lalu menyebarkan ke teman-teman.  Siasat yang rapi,  dan terlaksana hingga pelajaran usai. 

Minggu berikutnya adalah saat pembagian ulangan.  Tidak seperti teman-teman yang begitu optimis aku merasa takut.  Duh...,  bagaimana kalau nilainya jelek,  pikirku.  Pak guru membagikan ulangan satu persatu.  Alamak..,  tinggal kami berlima yang belum. Kata Pak Guru nanti bisa diambil pas istirahat karena ketinggalan di ruang guru.  Deg...  Hatiku sudah merasa tidak enak.  Kami saling menoleh.  Dengan pandangan marah kutatap Agus.  Dia yang menjadi biang keladi semua ini. 

Ketika istirahat kami menghadap berlima.  Pak guru biologi tersenyum kecil sambil menunjukkan ulangan kami.  Dijejer-jejer pula..  Untung saat itu ruang guru agak sepi karena bapak ibu guru yang lain mungkin masih di kelas.

"Ini ulangan kalian, " kata Pak Guru.  Kami tersenyum malu.  Wajahku terasa begitu panas.  Bayangkan.. Nilainya sama. Berapa?  Kepala empat.  Ampuun.  Sudah contekan,  nilainya jelek pula.. 

Keluar dari ruang guru kami saling diam.  Mungkin yang paling merasa bersalah adalah aku dan Agus.  Aku yang menyebabkan nilai kami jadi jelek, Agus yang ngotot mengajak contekan.  Duh...  Sejak saat itu kata contekan tak ada lagi dalam geng kami.  Biarlah nilai jelek asal hasil kerja sendiri. 

Saat penjurusan di kelas dua aku langsung memilih jurusan fisika. Saat itu jurusan IPA dipecah dua yaitu fisika dan biologi. Aku memilih fisika karena menghindar dari  biologi. Lebih baik bertemu dengan hitungan daripada nama ilmiah. Teman yang lain ada yang masuk jurusan  ilmu sosial dan biologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun