Daruma adalah boneka yang diyakini sebagai pembawa keberuntungan di Jepang. Dari namanya, Daruma berarti keteguhan dan ketekunan. Bagian bawah boneka Daruma dibuat lebih berat sehingga ketika terdorong dan jatuh akan kembali tegak ke posisi semula. Boneka ini juga menjadi pengingat bagi orang Jepang, tentang "Ganbaru" yang artinya, perjalanan untuk mencapai cita-cita itu tidak mudah, namun kita harus bangkit lagi dan tetap bersemangat mencapainya.
Terinspirasi dari boneka daruma, saya selalu memberikan semangat pada siswa untuk gigih dalam memperjuangkan sesuatu. Sebagai Pembina ekstra olimpiade matematika tugas saya adalah menyampaikan materi juga memberikan semangat pada siswa untuk berani berkompetisi.
Apakah olimpiade matematika itu?
Mari kita bandingkan  soal 1 dan soal 2 berikut:
- Untuk membuat satu resep kue ibu memerlukan 6 butir telur dan kilogram tepung. Berapa banyak telur dan tepung yang diperlukan ibu untuk membuat 5 resep kue?
- Â Tujuh ekor kambing menghabiskan rumput seluas 7 kali ukuran lapangan sepak bola dalam waktu 7 hari. Waktu yang diperlukan oleh tiga ekor kambing untuk menghabiskan rumput seluas 3 kali ukuran lapangan sepak bola adalah ... hari.
Dua soal di atas materinya adalah sama yaitu perbandingan. Hanya soal pertama lebih sederhana daripada soal kedua. Nah, soal pertama adalah matematika biasa sedangkan soal kedua adalah olimpiade matematika.
Berbeda dengan soal matematika biasa soal olimpiade  dalam pengerjaannya memerlukan ketelatenan yang lebih. Untuk menyelesaikan satu soal kita biasanya harus menggunakan beberapa konsep atau mengembangkan sendiri konsep yang pernah diperoleh. Soal ini kelihatannya rumit, tapi ketika dikerjakan hasil akhirnya biasanya berupa bilangan sederhana.
Berbicara mengenai olimpiade matematika ada event yang selalu diadakan tiap tahun yaitu OSN (Olimpiade Siswa Nasional) sekarang namanya menjadi KSN (Kompetisi Siswa Nasional), dan OGN (Olimpiade Guru Nasional). Jika OSN yang dilombakan adalah materi matematika saja, maka OGN masih ditambah dengan materi paedagogik.
Dalam tulisan ini saya ingin menceritakan pengalaman saya menjadi finalis OGN 2019. Bukan untuk menyombongkan diri, tapi hanya untuk menunjukkan bahwa kegagalan itu hal yang biasa. Dan dengan kesungguhan kita akan bisa meraih apa yang kita inginkan.
Saya mengenal olimpiade matematika sejak menjadi guru. Sejak itu selalu ada keinginan saya untuk mengerjakan soal dan mencari teman diskusi. Untuk mengasah kemampuan, saya ikut melatih ekstrakurikuler olim mat siswa. Ada kata bijak yang mengatakan bahwa mengajar adalah cara terbaik untuk belajar. Karena itu dengan melatih ekstra saya terus belajar dan belajar.
Suatu saat saya diminta sekolah untuk mengikuti lomba olimpiade guru yang diadakan setiap tahun. Lomba ini berjenjang, Â jika lolos ditingkat kota, akan dikirim ke propinsi dan akhirnya ke tingkat nasional.
Pertama ikut saya gagal. Tahun depan ikut lagi dan gagal lagi. Begitu terus. Setelah keikut sertaan yang ke sekian kali baru saya berhasil maju ke propinsi dan lanjut nasional tahun 2019. Di tahun sebelumnya mendapat juara 2 atau 3 pernah , tapi kalah juga sering. Ada rasa kecewa saat gagal, tapi terinspirasi oleh daruma saya terus belajar lagi. Saya percaya dengan kegigihan dan perjuangan pasti akan membawa hasil di belakangnya.
Mengikuti kompetisi di tingkat nasional memang terasa berat. Banyak yang jauh lebih pintar. Saya merasa bahwa saya lolos karena jatah gagal saya dalam olimpiade sudah saya habiskan di tahun sebelumnya dan sekarang adalah rezeki saya.
Dalam kompetisi ini, ada banyak hikmah yang saya peroleh.  Di antaranya  dapat lebih memperluas wawasan  tentang matematika dan  bisa mengenal banyak guru dari 34 propinsi, apalagi di hari akhir bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional kami diundang untuk mengikuti upacara di Kantor Kemdikbud.Â
Sekali lagi  gagal itu biasa.  Dengan tetap tekun dan semangat menjalani apa yang kita sukai akan tiba saatnya kita memperoleh apa yang kita inginkan.Â
Ada satu peribahasa Jepang yang mengatakan "Nana Korobi Ya Oki", Artinya jatuh tujuh kali, bangkit delapan kali. Ya, seperti boneka Daruma.
Semoga bermanfaat dan tetap semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H