Yayan terkulai lemas.  Tiba -tiba saja perutnya terasa begitu lapar.
 "Lho... Tidak sahur ya..!" kata ibuk prihatin.
 Yayan menatap ibuk dengan mata berkaca-kaca.
 "Gak apa apa le,  kalau tidak kuat mokel..,  Ayo subuhan.., "
 Yayan mengikuti langkah ibuk dari belakang.  Kini air mata benar- benar menetes di pipinya bercampur dengan sisa air wudhu yang mulai mengering.
Sejak itu Yayan berubah  menjadi anak yang lebih pendiam dan penurut daripada biasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!