Gelak tawa diiringi kepulan asap rokok membuat suasana warnet terasa hangat. Â Sesekali terdengar umpatan yang disambut dengan tawa yang lain. Â Yang mengumpat jelas kalah dalam gamenya, sementara yang tertawa bisa ditebak pasti yang menang. Â Beberapa anak perempuan tanggung mengambil tempat di depan komputer paling pojok. Sesekali terdengar cekikikan lucu. Â Kelihatannya mereka membuka sosmed dan sedang chatting dengan teman yang nun jauh di sana.
Semenjak dibukanya warnet, kampung kami selalu ramai.  Orang selalu lalu lalang  baik dari dalam  maupun luar kampung.  Kehadiran warnet semula kami sambut dengan senang karena memudahkan anak-anak yang akan ngeprint atau mengerjakan tugas sekolah. Jika hal itu biasanya mereka lakukan di warnet kampung sebelah, sekarang tidak perlu jauh-jauh.
Seiring berjalannya waktu warnet semakin ramai, dan ternyata pengunjungnya lebih banyak datang untuk bermain game daripada  mengerjakan tugas. Perkembangan yang meresahkan terutama bagi ibu-ibu yang memiliki anak-anak kecil. Beberapa anak kecil  mulai mengalami perubahan perilaku.  Merokok sembunyi-sembunyi atau  main game sampai malam dengan alasan mengerjakan tugas.Â
Diperparah lagi dari pihak warnet yang membuka usahanya sampai jam 2 pagi, dari gosip yang beredar pihak warnet menyediakan rokok pula. Â Bisa dibayangkan betapa resahnya kami yang tinggal di sekitarnya.
Sebenarnya Pak RT sudah memberikan peringatan pada pemilik warnet untuk menertibkan pengunjungnya. Â Paling tidak bukanya dibatasi sampai pukul 10 malam . Â Tapi begitulah. Karena berkaitan dengan mencari nafkah, Â urusan jadi agak rumit. Â Intinya pihak warnet tetap bersikukuh buka sampai jam 2 pagi dengan berbagai alasan. Â Sementara RT tidak begitu berani menegur karena setiap ada event di kampung warnet adalah donatur terbesar.
***
Frans adalah salah satu pengunjung warnet yang setia. Hampir tiap malam ia menghabiskan waktu di warnet ini. Â Frans sudah selesai kuliah dan baru beberapa hari yang lalu diwisuda. Sebenarnya ia ingin segera balik ke kampungnya , Â tapi masih menunggu kiriman uang untuk membeli tiket.
Malam ini meski jam sudah menunjukkan pukul 23.35 warnet masih ramai.  Maklumlah sekarang malam Minggu. Para pengunjung  masih bermain game di antara kepulan asap rokok yang memenuhi ruangan, termasuk di dalamnya Frans.
 Tengah asyik-asyiknya bermain tiba-tiba terdengar seseorang mengamuk dan berteriak-teriak.  Pengunjung sontak mengalihkan perhatiannya.  Frans! Kenapa dia?
 "Sialan.. Curang sekali! " teriak Frans sambil mengepalkan tangannya. Matanya melotot pada temannya yang berada di komputer lain.  Sementara yang dipelototi melihat Frans dengan gemetar. Frans berdiri hendak mendekat dengan tatapan penuh kemarahan.Â
 Melihat gelagat yang kurang baik ini penjaga warnet segera memegang tangan Frans dan mengajaknya keluar.  Frans terus berteriak- teriak tidak karuan.  Beberapa warga sampai keluar rumah.  Seorang bapak mendekati Frans lalu pulang sebentar.  Dengan pasti bapak tadi  menyiramkan seember air ke kepala Frans.
 "Mabuk  ini.., " kata bapak itu gemas.  Frans yang terus meracau dari tadi langsung gelagapan lalu tersungkur lemas. Melihat kondisi Frans yang seperti itu teman-temannya segera membawa Frans balik ke kost.Â
Malam itu juga pak RT meminta supaya pengunjung warnet pulang. Â Pemilik juga diminta taat aturan bahwa warnet boleh buka hanya sampai jam 10.00. Jika tidak, masalah ini akan dilaporkan polisi.Â
 "Mulih.. Mulih.. Ada yang kubam., " teriak pengunjung kecewa.  Tapi mau bagaimana lagi?  Daripada urusan jadi panjang lebih baik pulang.
 ***
Sore itu ada pertemuan pengurus PKK di rumahku.  Sesudah acara laporan dan arisan, kami menunggu seorang tamu yang berjanji akan datang  menjelang maghrib. Tak berapa lama sosok yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang.  Dengan berjaket hitam dan bertopi ia segera masuk.
"Duduk,  Mas Frans, " bisik bu RT sambil segera menutup pintu. Suasana menjelang maghrib begitu remang-remang. Ibu bendahara menyodorkan amplop  berisi uang patungan dari  kami semua yang sudah disiapkan sejak tadi.
"Terima kasih bantuannya ya... Â ," kata ibu bendahara PKK. Masih dengan berbisik.
Frans menerima amplop itu dengan tersenyum senang. Â Paling tidak aktingnya dua hari yang lalu membuahkan hasil. Menurut berita mulai kemarin warnet lebih tertib beroperasi, dan tidak menyediakan rokok bagi pengunjung.
Tapi ada yang lebih penting dari semua itu. Ia  sekarang punya uang untuk membeli tiket pulang kampung besok pagi.
Kubam : mabuk (bahasa Malangan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H