Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kantong Plastik di Sekitar Kita

23 Februari 2021   12:16 Diperbarui: 23 Februari 2021   12:47 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Sten Gustaf Thulin (Swedia), Sumber: Kumparan

Tidak boleh itu, kata pedagang tersebut, dan pasti akan dibungkus sendiri.  Saya pernah membeli telor di satu pedagang,  lalu kopi sachet di pedagang lain. Itupun dikresek sendiri. Jadi telor dikresek,  kopipun dikresek.  Waktu saya minta kopinya saja tanpa kresek penjual ngotot memberi kresek.

Suatu saat sepulang belanja saya iseng  menghitung kresek dalam belanjaan saya.  Dari sayur (1), tempe(1), tahu(1), telor(1), lombok tomat(1), bawang putih(1), bawang merah(1). Kopi dan gula (1), udang (2), penjual ikan segar selalu memberikan kresek dobel,  supaya tidak amis.  

Oh ya,  ditambah satu kresek besar untuk menampung semuanya.  Total jadi 10 ! Luar biasa! Ini dari satu kali belanja.  Bagaimana jika dalam satu minggu saya belanja tiga kali?  

Dalam setahun akan terpakai kresek sebanyak 3x10x52= 30x52=1560. Itu cuma satu keluarga,  bagaimana jika satu RT?  Satu RW.  Tentunya angka tersebut akan semakin membengkak. Akhirnya tempat pembuangan sampah makin penuh dengan sampah plastik. 

Pengalaman saya di atas hanya sebagian kecil saja tentang sampah plastik.  Belum lagi kalau kita belanja makanan atau minuman dalam kemasan.  

Berapa banyak lagi sampah plastik yang kita hasilkan.  Setiap kali ada event misal karnaval,  cfd atau acara-acara pengumpulan massa selalu sampah plastik berceceran di mana-mana sebagai imbasnya. 

Jika hal ini dibiarkan terus menerus saya yakin kedudukan Indonesia sebagai salah satu produsen sampah plastik terbesar di dunia akan terus bertahan. 

Dilansir dari Kompas.id, menurut Mckinsey and Co and Ocean Concervancy, Indonesia adalah Negara penghasil sampah plastic terbesar nomor dua di dunia setelah China. Dalam satu hari produksi sampah plastic Indonesia bisa mencapai 175.000 ton, sehingga dalam satu tahun bisa mencapai 63,9 ton.

Memang pernah ada usaha pengurangan penggunaan tas plastik terutama saat belanja di supermarket.  Biasanya kita akan ditanya pakai kresek atau tidak?  Kalau pakai akan dikenakan biaya tambahan.  

Tapi itu beberapa bulan yang lalu. Sekarang saya tidak pernah lagi ditanya perlu kresek atau tidak.  Yang penting semua belanjaan langsung masuk kantong plastik, bayar dan ambil. 

Sebenarnya pembuatan tas plastik pada mulanya bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan.  Sekitar tahun 1959 Sten Gustaf Thulin (Swedia) pertama kali membuat kantong plastik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun