Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Barang Mewah Bernama Televisi

11 Februari 2021   19:27 Diperbarui: 11 Februari 2021   19:48 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Televisi  , Sumber: Carousell

Saat saya masih kecil televisi adalah barang mewah. Hanya beberapa rumah yang memilikinya. Kalau ingin melihat kartun kesayangan seperti Hawkman atau Scooby Doo saya harus menonton di rumah tetangga.  Menontonnya ramai-ramai. Istilahnya sekarang nobar.

Risiko dari pemilik televisi di kampung saya adalah harus punya tikar karena penontonnya pasti  banyak dan rajin sekali.  Belum waktunya main pasti penonton sudah pada datang.

Berbeda dengan sekarang yang acaranya nonstop, dulu acara televisi dimulai jam 16.00. Sebelum acara  dimulai, selalu ada pembukaan pukul 16.00. Pembukaan ditandai dengan tulisan TVRI Saluran 9 dan lambang negara garuda pancasila dalam lingkaran.

Dilanjutkan dengan tayangan bendera merah putih   (saat itu belum berwarna, jadi hitam putih) yang berkibar dengan iringan lagu Indonesia Raya.  Bangga sekali melihatnya. 

"Sst..,  main.. main...  jangan ramai.., " kata tuan rumah pada kami, anak-anak kecil yang sudah sejak tadi duduk di depan televisi.  Acara  yang menjadi favorit kami saat itu adalah Ayo Menyanyi,  film kartun  dan Jeanny ( mungkin film ini yang diadaptasi menjadi sinetron Jinny oh Jinny). 

Jadi sampai malam pun kadang kami belum pulang karena menunggu acara yang kami sukai (Jeanny ditayangkan sesudah berita pukul 21.00). Benar-benar pemilik televisi harus punya kesabaran berlipat ganda saat itu.

Belum lagi kalau di antara para penonton ada yang bertengkar.  Suatu saat pernah kami semua disuruh pulang karena dua teman kami bertengkar.

Di sebuah film teman saya menjagokan A,  sementara yang satunya menjagokan B.  Dari adu mulut akhirnya hampir terjadi perkelahian.  Tuan rumah  sumpek. Akhirnya  televisi dimatikan dan kami semua disuruh pulang. 

Bapak saya mungkin prihatin dengan kebiasaan saya yang selalu menonton televisi di rumah tetangga.  Dengan menabung sedikit demi sedikit,  saat saya kelas 6 bapak akhirnya bisa membeli sebuah televisi dengan merek National 12 inch berwarna oranye. Wih...  Saya merasa jadi orang kaya saat itu. Menunggu jam 16.00 saat acara dimulai terasa lamaaa sekali.

Seperti pemilik yang lain akhirnya rumah saya juga harus siap didatangi tetangga yang ingin nonton televisi.  Tapi tak apa... Nonton bareng-bareng seru juga rasanya.  Apalagi kalau acara Srimulat horor. Bisa tertawa atau jerit-jerit bareng.

Suatu saat ada acara sepak bola antara Indonesia dengan negara lain yang ditayangkan malam hari (saya lupa negara mana) .  Karena di rumah tidak ada yang suka sepak bola, jadi kami tidak terlalu peduli dengan acara itu. 

Tapi ternyata Pak RT saya sangat suka sepak bola,dan beliau minta izin pada Bapak untuk menonton di rumah.  "Monggo Pak RT,   tapi tidak saya temani ya.., " kata bapak.

"Inggih,  tidak apa-apa, " jawab Pak RT senang.

Malam semakin larut.  Kami semua sudah tertidur sementara di ruang depan Pak RT menonton sepak bola sendirian .  

Mendadak... 

"Bunuh diri! " Pak RT berteriak keras sekali.  Bapak saya sampai terlompat.  Malam-malam begini siapa yang bunuh diri? Bapak  langsung lari ke depan.  " Sinten bunuh diri? " tanya Bapak pada Pak RT.

"Tim Indonesia bunuh diri ... ," kata Pak RT sedih.

Oalahhh... Bapak langsung terduduk lemas,  dengan wajah gemas Bapak melihat Pak RT yang kembali menatap acara sepak bola di televisi dengan serius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun