Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Seandainya Saya Tidak Menunda Saat Itu

6 Februari 2021   20:53 Diperbarui: 6 Februari 2021   21:01 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Lexyleksono.com

Siang itu matahari bersinar terik.  Di depan loket para mahasiswa berbaris sambil membawa berkas Kartu Rencana Studi yang sudah terisi,  tinggal menunggu di acc.  Menentukan rencana study dalam perkuliahan di era tahun 90 an jauh berbeda dengan sekarang. Jika sekarang demikian simpelnya bisa KRS an online dari rumah,  saat itu  mahasiswa harus datang ke kampus untuk memasukkan berkas ke loket yang sudah disediakan. 

Jika kelas matakuliah  masih bisa menerima berarti berkas bisa di acc, tapi kalau kelas yang dipilih penuh,  berarti pilihan kita dicoret harus mengulang lagi untuk mendaftar.  Untuk antisipasi biasanya kita datang pagi-pagi benar supaya dapat antrean depan dan cepat dilayani. Juga jika ditolak masih ada waktu untuk merevisi kelas .  Kadang datang sudah pagi sekali,  tetap selesai sampai sore karena banyaknya yang mengurus KRS . 

Biasanya yang cepat habis kuota kelasnya adalah dosen-dosen yang favorit.  Dosen yang 'baik hati' dan mudah meluluskan mahasiswa (padahal semua dosen baik,  hanya stylenya yang berbeda-beda). 

Ada satu mata kuliah yang menjadi momok saat itu yaitu struktur aljabar.  Disamping materinya sulit,  dosennya juga agak sulit memberikan nilai. Nilai nol bukan sesuatu yang aneh untuk matakuliah satu ini. 

Namun tiba-tiba ada kabar gembira yang berhembus di kalangan mahasiswa.  Mata kuliah struktur aljabar keluar dalam dua offering (kelas)  yaitu  A dan B.  Kelas A diajar oleh bapak dosen yang biasanya dan kelas B diajar oleh asistennya. Masih muda,  tampak sabar pula. Sehubungan dengan hal tersebut bisa ditebak,  kami berebutan  masuk offering B untuk mata kuliah struktur aljabar.

Karena hari itu adalah hari pertama pengurusan KRS ,  mahasiswa sangat berjubel,  sampai jam setengah  satu saya belum bisa memasukkan berkas.  Ketika jam sudah menunjukkan pukul satu semangat saya sudah tumbang. Rasanya lelah sekali.  Formulir yang harus nya dimasukkan ke loket,  saya masukkan lagi ke tas dengan tekad saya balik besok.  Toh,  kampus saya tidak begitu jauh dari rumah. Beberapa teman mencegah saya pulang.  "Eman,  mbak,  jangan,  hampir selesai ini.., "  Tapi saya tetap bersikeras datang lagi besoknya.

 Keesokan harinya saya datang pag- pagi.  Sesuai yang saya perkirakan,  loket tidak begitu ramai. Teman teman saya rupanya sudah beres kemarin sehingga pagi ini saya tidakbertemu mereka.  Yang jelas hari ini bisa lebih bisa 'bernapas" daripada kemarin.  Berkas saya masukkan dan sekitar 10 menit berikutnya saya dipanggil.

"Maaf,  struktur aljabar untuk offering B penuh,  bisa masuk offering A, " kata petugas sambil mengembalikan formulir saya.

  "Mati aku.., " terbayang sudah wajah bapak dosen yang begitu saya takuti.

Mau tidak mau akhirnya saya mengambil offering A.  Bismillah,  formulir saya masukkan,  lima menit lagi langsung diacc. Selesai.

Saat mengikuti perkuliahan ternyata banyak teman-teman yang berasal dari angkatan atas saya .  Ada yang sudah ikut dua kali bahkan tiga kali.  Hati semakin ciut rasanya. Apalagi materinya... memang susah.

Tibalah ujian akhir semester.  Soal ujian unik sekali, cuma satu soal.  Itupun jawabannya langsung tanpa cara.  Jadi besar kertas soal plus tempat menjawab hanya seperdelapan kertas HVS. Nilainya kalau tidak 100 ya 0.  Celakanya saat pengumuman, saya bukannya dapat 100 tapi 0.   Pulang dari kampus saya sampai nangis terlebih ketika melihat teman-teman di offering B semua lulus struktur aljabar.   Yudisium yang sudah saya rencanakan semester itu akhirnya tertunda.

Setelah mengikuti perkuliahan lagi di semester berikutnya, akhirnya saya bisa lulus.  Tapi ada satu masalah yang mengganjal.  Dulu saya mengambil program diploma dengan harapan setelah lulus langsung diangkat dan ditempatkan.  Nah,  karena terganjal satu matakuliah itu, saat saya lulus program tersebut habis.  Sementara teman saya sudah ditempatkan di daerah-daerah.  Baru 10 tahun berikutnya saya mendapatkan penempatan.

Apapun yang terjadi,  saya sangat bersyukur atas apa yang saya jalani selama ini.  Saya yakin ada rahasia Tuhan  dibalik semua kejadian yang saya alami. Tapi kadang saya berpikir juga seandainya saya tidak menunda memasukkan berkas saya saat itu, bagaimana cerita yang terjadi selanjutnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun