Deniar tersenyum. Â "Bilang saja minta diantar, " katanya
Sisil tertawa. Di antara teman-temannya Sisil memang paling penakut. Â Tidak pernah ke kamar kecil sendiri bahkan ke bagian bagian lain dari gedung sanggarpun ia selalu minta diantar. Â Ada penunggunya katanya. Â Anak-anak selalu tertawa mendengar cerita Sisil. Â Apa lagi cerita anak kecil yang sering berkeliaran dalam gedung. Â Anak itu dulunya adalah penari, Â namun entah mengapa ia meninggal selesai latihan. Dan meninggalnya di toilet pula.Â
"Kamu terlalu mendengar cerita-cerita seram tentang gedung ini Sil, " kata Deniar suatu hari.
"Cerita-cerita itu memang ada, kamu saja yang tidak percaya," sergahnya. Kalau sudah seperti itu biasanya mereka segera mengalihkan pembicaraan ke hal-hal lain. Â Bicara masalah hantu sering menimbulkan perasaan tidak enak di hati.
 "Ayo, " ajak Deniar pada Sisil sambil bergegas menuju toilet. Sisil mengikuti dari belakang. Di depan ruang toilet Sisil segera menuju toilet satu. Pintu toilet dua masih tertutup. "Tunggu ya Deniar, " kata Sisil.
Deniar mengangguk. Tak berapa lama gemericik air dari toilet dua berhenti. Â Dari dalam toilet muncul anak seusia Deniar . Ia langsung tersenyum ke arah Deniar. Â Wajahnya yang cantik tampak lucu dengan rambutnya yang berekor kuda dan berpita merah.
"Halo, Â kamu Deniar kan? Â Aku Sofia, " kata anak itu sambil menyodorkan tangannya. Â Deniar langsung suka dengan keramahan anak ini.
"Kamu kelas tari apa? " tanya Deniar. Seingatnya di kelas tari Bali tidak ada yang bernama Sofia.
Sofia tersenyum. Â "Tari Jawa, "
Deniar melihat selendang yang diikatkan di pinggang Sofia. Â Sebenarnya tanpa bertanya melihat motif selendang itu dia langsung tahu bahwa Sofia dari kelas tari Jawa.Â
"Tarianmu bagus sekali, " puji Sofia dengan mata berbinar. Â Deniar tersenyum senang.Â