Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[RTC] Say, Kamu Masih Punya Hutang Padaku

1 Februari 2021   22:08 Diperbarui: 1 Februari 2021   22:17 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Beberapa hari yang lalu kubuka story whatsappmu.  Tampak foto obat dan vitamin dalam jumlah yang banyak berjajar rapi.  Tak ketinggalan susu dalam kemasan berbotol-botol di sampingnya.

"Siapa yang sakit? " tanyaku lewat wa.

"Aku,Lin,  sekeluarga positif,  ini masuk isolasi ," jawabmu

"Cepat sembuh ya Say.., Tetap semangat ...,  " balasku.

Aku benar benar sedih saat itu.  Aku tahu sekali kamu agak penakut.  Pendiam dan penakut adalah ciri khasmu. Duduk sebangku semasa SD dan SMA, membuat aku kenal sekali dengan sifatmu. Namun kita tetap bisa akrab saat itu  padahal aku agak nakal , usil dan suka menggoda.

 Aku ingat saat kamu mulai naksir pada seseorang (saat itu kita kelas satu SMA)  . Kamu cuma memberi inisial nama padaku.  Namanya 'mst'.  Aku bertanya siapa mst  itu?  Kau sembunyikan rahasia itu rapat-rapat.  Kamu cuma senyum, sampai gemas dan penasaran aku .  (Anak SMA kalau untuk urusan satu itu sangat kepo ya ..) 

Dengan keusilanku kubuat puisi romantis berjudul "Untuk mst". Kamu tertawa membacanya.  Tapi tidak juga memberi tahu siapa mst itu. Katamu suatu saat aku pasti kau beritahu.

Tanpa sepengetahuan kita puisi itu diambil oleh teman yang lain dan dimasukkan ke dalam kotak majalah dinding.  Beberapa hari berikutnya puisi itu terpampang  indah di majalah dinding.  Aku kaget sekali.  Kamu bahkan meremas dan mencubiti tanganku saat itu.  Sakiiit.  Aku tertawa tapi juga takut.  Takut kalau kalau kamu marah dan tak mau berteman lagi denganku.

 Tapi untunglah semua itu tidak terjadi. Bahkan di hari berikutnya kita selalu senyum-senyum saat lewat depan mading sekolah.

Satu hal yang paling kuingat saat SMA adalah aku sering nebeng mobil dinas ayahmu.  Ayahmu sopir antar jemput sebuah Bank.  Saat lewat stadion Gajayana aku selalu menoleh ke kanan atau kiri barangkali mobil ayahmu lewat.  Mobil berwarna creme dengan logo sebuah Bank di sampingnya.  Jika tampak mobil itu ,langkahku segera kupelankan.  Karena sebentar lagi mobil pasti akan berhenti di dekatku dan kamu turun untuk mengajakku masuk.  Duh...,  senaang rasanya.

Naik kelas dua SMA kita mulai berpisah.  Jurusan kita berbeda.  Demikian juga saat kuliah.  Kampus yang berbeda membuat kita tak pernah lagi saling menyapa. Apalagi sesudah lulus kuliah kamu mendapat pekerjaan di luar pulau sementara aku asyik bermain dengan murid-muridku di Malang. Baru akhir-akhir ini kita jumpa lewat grup whatsapp SMA dan akhirnya bisa saling bercerita.

Cepat sembuh ya Say,  kita lanjutkan lagi cerita-cerita kita tentang masa lalu yang belum tuntas.  Ingat, kamu masih punya hutang padaku..  Bukankah kamu belum memberi tahu padaku siapa mst itu sebenarnya?

Logo Rumah Pena Inspirasi Sahabat, Sumber: dok RTC
Logo Rumah Pena Inspirasi Sahabat, Sumber: dok RTC

Karya ini diikutsertakan dalam mengikuti Event SuratRindu untuk Sahabat yang Berduka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun