Pagi ini seperti pagi-pagi biasanya geliat kampung kami sudah terasa. Suara sapu lidi beradu dengan tanah ,dan cericit burung dalam sangkar yang dikeluarkan oleh para pemiliknya mulai meramaikan suasana.
Dari kejauhan sosok berperawakan kecil, berkacamata dengan rambut pendek tampak melangkah gesit dengan membawa keranjang plastik besar berisi aneka makanan. Urap-urap, bothok, risoles, dimsum, tahu bakso, semua dimasukkan dalam kemasan plastik dan tertata rapi di dalamnya.Â
Mbak Yani namanya. Tiap pagi keliling kampung dengan teriakan teriakannya yang penuh semangat. "Mbaaak... Urap, bothok, ayo.. mumpung masiih...,nanti kehabisan lho..! "
Biasanya kami langsung keluar untuk membeli seperlunya, lalu masuk lagi. Karena kampung kami cukup padat, teriakan Mbak Yani kadang membangunkan anak-anak kecil yang masih tidur. Kalau seperti ini biasanya para orang tua mereka segera keluar, membeli, dan berharap Mbak Yani segera meneruskan 'perjalanannya', sehingga anak-anak tetap bisa meneruskan tidurnya. He..he..
Mbak Yani hidup berdua dengan suaminya yang seorang tukang bangunan. Di usia kepala enam keduanya masih tampak gesit. Hanya saja di masa pandemi ini suami Mbak Yani sering libur , sehingga dengan kelincahan dan kepandaiannya memasak Mbak Yani harus aktif menggerakkan roda ekonomi keluarganya.
Mbak Yani mempunyai kepandaian memasak yang benar-benar saya acungi jempol. Dua atau tiga hari sekali ia melayani pesanan masakan dari para tetangga. Kadang soto, ukep ayam laos, sayur pedas, sambal goreng, pepes, bothok apa saja akan dilayani sesuai permintaan. Bahkan berbagai macam sambal.
 Para pemesan biasanya memesan untuk dikonsumsi sendiri, tapi kadang juga dikemas untuk dijual lagi. Tentu saja dengan seijin Mbak Yani. Untuk yang terakhir ini biasanya pemesan akan diberi harga khusus. Yang paling laris untuk dijual lagi adalah berbagai macam sambal; sambal bawang, sambal teri, sambal bajak dan sambal pecel. Rasanya? Hm.. Jangan ditanya lagi.
Saking piawainya memasak, jika di kampung ada yang mau hajatan biasanya Mbak Yani langsung dikontrak untuk beberapa hari.
Pada saat tidak ada pesanan Mbak Yani akan membawakan dagangan dari tetangga untuk ditawarkan keliling kampung . Pintarnya Mbak Yani, sambil berkeliling kampung ia menawarkan pesan masakan apa untuk dilayani besok atau lusa.
Jika pesanan sudah terkumpul ia akan mengerjakan semuanya dalam satu hari. Jadi jika pagi hari tidak ada suara Mbak Yani menawarkan dagangannya berarti dia sedang sibuk membuat pesanan masakan.Â
Tiap hari selalu dijalani dengan penuh semangat oleh Mbak Yani. Ya, karena baginya hari baru selalu memberikan harapan baru. Menjalani hari -hari dengan penuh semangat adalah wujud dari rasa syukur pada Yang Kuasa.
Bukankah Allah berfirman dalam QS. Ibrahim 14 Ayat 7 yang artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
Jika diamati sebenarnya aktivitas Mbak Yani tidak hanya penting bagi roda perekonomian keluarganya namun juga ibu-ibu lain yang titip dagangan padanya. Tiap hari kedatangannya ditunggu, baik oleh calon pembeli maupun yang akan titip dagangan. Tidak berlebihan kiranya kalau saya katakan bahwa Mbak Yani adalah salah satu sosok inspiratif penggiat ekonomi di kampung kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H