Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengalaman Mengikuti Diklat yang Sangat Bermakna

17 Januari 2021   06:01 Diperbarui: 17 Januari 2021   06:42 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak saya : Dekat buk,  tidak ada satu kilo.

Wah...Tanpa pikir panjang saya langsung  menjawab pada teman saya ini,  "Saya akan mencoba."

Teman saya langsung tertawa melihat perubahan drastis itu.

Ketika surat permohonan mengikuti diklat sudah dibuat dan dikirim lewat e-mail  dalam dua hari saya dihubungi untuk wawancara.  Karena dalam bahasa Inggris saya minta wawancara setiba saya di rumah saja.  Malu kalau terdengar teman dan ketahuan ternyata bahasa Inggris saya kurang bagus.

 Wawancara diadakan sore hari,  saya masuk kamar dan  menjawab semua pertanyaan yang diajukan.  Anak saya yang kecil ( waktu itu SMP kelas 9) mondar-mandir depan pintu kamar. Mungkin dia merasa aneh.  Tumben ibuknya ngomong Inggris.. 

Dalam waktu satu minggu tiba-tiba saya mendapat telp dari P4TK  yang memberitahu bahwa saya diterima sebagai peserta dan diklat dimulai dua harilagi.  Subhanallah,  saya pikir tidak katut,  sudah seminggu tak ada kabar.  Akhirnya dalam waktu dua hari semua bisa saya siapkan dan saya berangkat dengan KA Malioboro pk 20.00 dari kota Malang menuju Jogjakarta.

Halaman P4TK Matematika masih lengang ketika saya tiba.  Kami segera diantar satpam menuju kamar. Setelah merapikan kopor dan sholat subuh,  anak saya pamit kembali ke kosannya. 

Peserta dan narasumber, Sumber: SEAMEO Regional Centre for QITEP in Mathematics
Peserta dan narasumber, Sumber: SEAMEO Regional Centre for QITEP in Mathematics
Hari pertama diklat diisi dengan perkenalan perkenalan.  Ternyata  komunikasinya menggunakan bahasa Inggris karena pesertanya dari negara-negara ASEAN.  Dari sekitar 30 peserta tercatat masing-masing satu orang dari Thailand, Vietnam,  Kamboja,  Timor Leste , dua orang dari Malaysia dan sisanya dari Indonesia. 

Duduk bersama teman-teman guru dari manca negara dan berbagai propinsi sungguh sangat membanggakan.  Ketika  menyanyikan lagu Indonesia Raya saat pembukaan lain sekali rasanya. Saya nyanyikan keras-keras karena sebelah saya Bapak Guru dari Timor Leste. Barangkali beliau masih hafal lagu itu.

Semua materi diklat diberikan dalam bahasa Inggris.  Hari pertama agak aneh rasanya.  Sulit juga menerima materi dalam bahasa asing. Tapi lama-kelamaan terasa biasa, yang penting berani ngomong sekacau apapun grammar kita.  Masalah baru muncul lagi ketika yang memberi materi adalah pakar RME (Realistic Mathematics Education) dari Belanda.  Memahaminya susah.  Lidah orang Belanda berbeda sekali dengan Asia.  Harus pasang telinga baik baik.

Yang sangat kasihan adalah teman saya dari Timor Leste yang datang dengan kemampuan berbahasa Tetun dan Bahasa Indonesia. Bahasa Tetun adalah salah satubahasa resmi di Timor Leste selain Bahasa Portugis. Saya sebagai teman satu kelompok sering menterjemahkan maksud narsum ke dalam Bahasa Indonesia untuk beliau

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun