Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Cerita di Balik Jajan Pasar

26 Desember 2020   21:27 Diperbarui: 26 Desember 2020   21:35 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jajan pasar disajikan dalam pincuk, sumber: Good News From Indonesia

Mentari mulai menampakkan wajahnya di ufuk timur.  Geliat pasar Bareng mulai tampak.  Tukang becak dan   tukang parkir mulai  beraktifitas, demikian juga  para pedagang  mulai  menata  lapaknya.  Kali ini saya akan menyoroti jajan pasar.  Ya,  makanan yang menjadi favorit banyak orang sejak zaman saya masih kecil. 

Bu Siti mulai menata dagangannya.  Ada cenil,  lupis,  horog-horog,  tiwul,  gatot,  bledhus.  Tidak lupa kelapa parut dan gula merah cair. 

Beberapa pembeli sabar menunggu Bu Siti menata dagangannya.  Begitu selesai pembeli mulai  dilayani  satu persatu. "Monggo jajan pasarnya.., " kata Bu Siti ramah kepada  para pembelinya. 

Satu bungkus jajan pasar berisi dua potong lupis,  dua cenil sedikit horog-horog,  tiwul,  gatot dan bledhus.  Bagian atasnya ditaburi kelapa dan gula cair yang menambah mantap, baik  rasa maupun penampilan jajan pasar.  Harga perbungkus lima ribu rupiah.  Sangat terjangkau bahkan oleh kantong tanggal tua sekalipun. 

Sebenarnya ada filosofi yang terkandung dari jajan pasar ini. Hampir semua memberikan pelajaran baik. Ada yang mengajarkan tentang kerukunan ,persaudaraan juga menghormati orang tua. Filosofi beberapa jajan pasar yang sering kita nikmati  adalah :

1. Lupis

Makanan yang terbuat dari ketan yang dibentuk silinder atau segitiga ini diperkirakan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Penyajiannya biasanya  dipotong potong (lupis  silinder) atau dibiarkan utuh ( segitiga).  Beras ketan yang menempel erat satu dengan yang lain memberikan pelajaran tentang rasa persatuan, persaudaraaan dan kepedulian terhadap sesama yang tak mudah digoyahkan.

2. Cenil

Cenil biasanya terbuat dari singkong atau tepung ketan dan kanji yang diberi warna warni sebelum dimasak.  Rasanya kenyal dan manis.  Cenil yang lengket,manis dan berwarna-warni menunjukkan bahwa persatuan dan persaudaraan membuat hidup menjadi lebih indah dan menyenangkan.

3. Iwel-iwel. 

Iwel-iwel,sumber: Thegorbalsla
Iwel-iwel,sumber: Thegorbalsla
Makanan yang terbuat dari  tepung ketan,  kelapa dan gula merah ini jarang ditemukan, karena lebih sering dijumpai pada selamatan bayi.  Ada yang mengatakan bahwa iwel iwel berasal dari doa robbighfirli waliwalidaiyya warhamhuma kama robbayani shooghiro..  Dengan maksud agar anak yang dilahirkan menjadi anak yang berbakti pada kedua orang tuanya. Namun ada juga yang mengatakan iwel- iwel berasal dari kata kemiwel yang artinya lucu dan menggemaskan, karena bayi yang baru dilahirkan selalu lucu dan menggemaskan.

4. Gatot

Makanan berasal dari gunung kidul ini terbuat dari singkong dan agak lama dalam proses pembuatannya. Singkong dikupas lalu dijemur menjadi gaplek.  Setelah itu direndam dalam air,  dipotong potong,  dicampur sedikit gula dan dikukus. Tampilannya sedikit kurang menarik.  Hitam kecoklatan dan agak kenyal.  Konon kata gatot berasal dari kata gagal total,  ditujukan pada singkong yang tidak bisa tumbuh maksimal.  Mungkin makna yang terkandung dalam jajanan ini adalah sejelek apapun manusia dia masih bisa memberikan manfaat bagi yang lain.

Gatot dan tiwul, Sumber: TravelAksi
Gatot dan tiwul, Sumber: TravelAksi

5. Tiwul

Tiwul menyimpan cerita keprihatinan ketika Indonesia berada dalam penjajahan Jepang. Saat itu karena beras tak terjangkau akhirnya banyak beralih ke tiwul untuk makanan sehari-hari.  Seperti halnya gatot,  tiwul terbuat dari singkong yang dijemur dijadikan gaplek.  Tapi sedikit berbeda pada proses berikutnya,  gaplek ini kemudian ditumbuk dan dikukus.  Jika ingin lebih gurih bisa diberi sedikit garam atau diberi sedikit gula merah supaya manis.  Supaya mantap, menghidangkannya ditambahi parutan kelapa di atasnya.

Biasanya jajan pasar disajikan dalam sebuah pincuk.  Pincuk berasal dari kata pinten- pinten cukup (Jawa), maksudnya agar kita selalu bersyukur dan merasa cukup atas rezeki yang diberikan oleh Allah swt.

 Ternyata begitu banyak pelajaran yang bisa diambil dari jajan pasar.  Jadi..  Monggo jajan pasarnya...

Sumber bacaan :

https://m.merdeka.com/jatim/6-cara-membuat-cenil-jajanan-tradisional-yang-murah-meriah-

https://infoblitar.com/menyibak-filosofi-jawa-yang-melekat-pada-iwel-iwel/

https://www.wartabromo.com/2020/06/06/lupis-jajan-pasar-melegenda-tak-habis-termakan-zaman/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun