"Bu Agus sudah datang..!" teriakan yang selalu ditunggu-tunggu menjelang jam-jam pulang. Saat itu seorang wanita dengan membawa tas kresek besar penuh makanan datang. Perawakannya kecil, wajahnya manis dan tampak sekali kalau bawaannya gesit.Â
Bu Agus. Orang yang selalu kami tunggu- tunggu setiap hari. Â Terutama untuk yang tidak sempat masak (sebelum pandemi kami harus stand by di sekolah mulai pukul 06.30 sampai 15.45), atau yang hobi masak tapi ingin mengeksplor masakan orang lain sebagai pembanding sampai sejauh mana kelezatan masakan karya sendiri selama ini.
Kami kenal Bu Agus dari teman sesama guru. Katanya Bu Agus pernah lama bekerja di restoran, tapi kemudian resign karena ingin berusaha sendiri dengan cara menerima pesanan masakan dari orang-orang sekitarnya.
Bu Agus tidak banyak bicara, Â tapi selalu berhasil mengeksekusi apapun jenis masakan dengan nyaris sempurna. Â Saya tidak bisa mengatakan sempurna karena masih banyak pakar masak di sekolah yang lebih layak untuk memberikan komentar atas masakan bu Agus.
Untuk mewadahi permintaan masakan pada bu Agus kami membuat grup whatsapp namanya Pawon Omah. Anggotanya adalah seluruh guru dan staf di sekolah dan tentu saja Bu Agus.
Di situ kami bebas meminta jenis apapun masakannya, semua akan dilayani. Mulai dari cap jae, ayam geprek, Â lodeh, Â pepes tahu, pepes tongkol, Â pesmol gurami, Â gurami asam manis dan banyak lagi. Dalam satu hari ada beberapa jenis masakan yang dibuat bu Agus. Â Bahkan pernah ada pesanan sebelas jenis dalam sehari. Â Amazing.Â
memasak A, B, C dan D, hari Selasaganti E, F, G dan H demikian seterusnya. Tujuannya adalah untuk meringankan pekerjaan bu Agus sehingga  dalam sehari maksimal mengerjakan sekian jenis masakan saja.Â
Sebenarnya di antara para pemesan sudah ada yang mengusulkan agar dibuat daftar menu. Â Misal, Â hari senin hanyaTapi rupanya bu Agus tidak berkenan. Sehingga akhirnya jenis makanan setiap hari tetap banyak. Â Tapi tak apa, Â mungkin bu Agus mendapatkan kebahagiaan lewat memasak.Â
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Positive Psychology menemukan, orang-orang yang setiap harinya melakukan proyek kecil dan kreatif (memasak bisa diibaratkan mengerjakan sebuah proyek) akan merasa lebih bahagia dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, mereka juga merasa lebih berkembang dalam kehidupan pribadinya. Mungkin karena itulah kami melihat  Bu Agus selalu tampak bahagia.
Di era pandemi ini kiprah Bu Agus dalam mencari nafkah untuk keluarganya benar-benar patut diacungi jempol. Kami para guru sangat mendukung langkah Bu Agus ini dengan secara bergantian memesan tiap hari.Â
Sebenarnya hubungan kami dan Bu Agus adalah semacam simbiosis mutualisme. Dua-duanya mendapat untung. Kami bisa pulang dan langsung membawa makanan lezat dan harga yang murah, sementara Bu Agus usahanya semakin berkembang. Begitulah cara sederhana kami untuk mendukung teman yang menjadi pelaku UMKM.